Medan (buseronline.com) – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Sumatera Utara (Dekranasda Sumut) Nawal Lubis mengumpulkan para pelaku UMKM, pengrajin kain tenun dan songket dari berbagai suku yang ada di Sumut.
Seperti songket Batubara (Melayu), Karo, Toba, Mandailing, Pakpak, Angkola dan Simalungun dengan corak dan motif yang beragam di Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman, Nomor 41 Medan. Hal tersebut dalam rangka persiapan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2023 di Sumut, Februari mendatang.
Dalam pertemuan tersebut, Nawal saling berbincang dan tukar pendapat dengan para pengrajin, terkait rencana penggunaan pakaian khas Sumut dari beberapa corak budaya yang ditampilkan dalam bentuk pakaian khusus atau seragam.
Termasuk nantinya akan digunakan Presiden RI Joko Widodo pada pembukaan HPN Februari di Sumut. Nawal pun disuguhi berbagai tawaran corak dan motif kain tenun/songket oleh para pengrajin.
Dimana nantinya akan disesuaikan dengan ciri khas Sumut yang terdiri dari berbagai suku budaya dan produk kerajinan. Sehingga HPN di provinsi ini memiliki warna tersendiri saat dihadiri oleh insan pers dari seluruh nusantara.
“Kita kumpulkan para pengrajin kain tenun dan songket ini untuk persiapan Hari Pers Nasional yang akan dijadikan pakaian khas. Baik untuk laki-laki dan perempuan. Nanti Pak Presiden juga rencananya akan menggunakan kain motif dari Sumut,” katanya didampingi Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PMPPTSP) Faisal Arif Nasution, serta sejumlah pejabat terkait.
Sementara, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sumut Ilyas Sitorus mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut agar Ketua Dekranasda Sumut bisa melihat langsung dan berdialog bersama pengrajin, untuk menentukan corak seperti apa yang akan digunakan nantinya pada peringatan HPN, dimana provinsi ini menjadi tuan rumahnya.
“Karena mereka (pengrajin) punya pemahaman untuk itu, maka langsung mereka hadir dan membawa berbagai corak dan motif kain tenun hasil produksi masing-masing dari pelaku UMKM kita di Sumut. Sekaligus juga untuk mengenalkan kepada para tamu dari seluruh provinsi yang akan menghadiri acara tersebut nantinya, bahwa Sumut itu kaya akan corak adat budaya,” sebut Ilyas.
Atas undangan tersebut, sejumlah pengrajin pun masing-masing menjelaskan kepada Nawal Lubis bahwa kain yang mereka tunjukkan merupakan hasil karya khas Sumut. Bahkan beberapa dari mereka, seperti Leli dari Kabupaten Batubara adalah penenun generasi ketiga, mewarisi usaha turun temurun dari nenek dan ibunya.
“Dari kecil saya sudah diajari menenun, jadi sampai sekarang itu usaha kami. Memang dari waktu pembuatannya untuk satu lembar kain (2,5 meter) paling tidak memakan waktu pembuatan hingga 7 hari. Berbeda jika menggunakan mesin, sehari bisa satu sampai dua kain,” katanya.
Namun lanjutnya, kain yang menggunakan alat tenun bukan mesin harganya akan lebih mahal, karena buatan tangan langsung yang dikerjakan secara manual. Meskipun kekurangannya adalah jumlah produksinya yang tidak bisa secepat mesin tenun otomatis.
Sebagai pengrajin dan pengusaha kain tenun/songket, mereka berterima kasih telah diundang oleh Ketua Dekranasda Sumut untuk menunjukkan hasil kerajinan masing-masing dengan ciri khas tersendiri dari produknya.