25 C
Medan
Kamis, September 19, 2024

Menkes Ngaku Malu Usai Ngobrol Bareng ‘IDI’ Singapura

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menggiatkan program penambahan jumlah dokter dan dokter spesialis di seluruh Indonesia.

Menurut Menkes Budi, perbandingan jumlah ideal dokter yang tepat adalah 1 per seribu penduduk, mengacu pada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Perhitungan semacam itu sempat diperdebatkan lantaran dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan di Indonesia.

“Di Indonesia, dokter spesialis kurang, perdebatan banyak, dibilang
perbandingan dokter 1 berbanding seribu itu tidak ada basisnya,” ujar Menkes Budi.

Berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia yakni ‘hanya’ 0,5 per seribu penduduk. Menurut Menkes Budi, jika produksi dokter masih dilakukan sesuai dengan aturan lama kemungkinan butuh waktu hingga 13 tahun mencapai angka ideal 270 ribu dokter untuk 270 juta penduduk di Indonesia.

Menurutnya, tidak heran banyak masyarakat yang akhirnya mencari pengobatan ke luar negeri.

”Kata-kata itu keluar dari ketua Ikatan Dokter Indonesia di Singapura, saya bilang empat per seribu kenapa? Iya saya malu kan Indonesia 0,5 per seribu, jadi sangat kurang. Sekarang sih yang praktik saya dengar ada 120 ribu, yang benar-benar praktik,” lanjut Menkes Budi.

Sementara produksi dokter di Indonesia adalah 12 ribu per tahun.

”Tapi saya cek WHO semua laporannya 1 per seribu. Saya ketemu Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Singapura, saya tanya dokternya berapa? Dijawab 14 ribu hingga 15 ribu, penduduknya berapa? 5 juta, oh saya bilang udah banyak ya, 3 per 1000 penduduk. Ternyata mereka masih mau meningkatkan lagi, bilang maunya 4 per 1000,” ujar Menkes Budi.

Ia melanjutkan, tren yang jauh lebih memprihatinkan adalah jumlah dokter spesialis. Dari lebih 90 fakultas kedokteran yang tersedia di Indonesia, hanya 20 di antaranya yang bisa menghasilkan dokter-dokter spesialis.

”Itu membuat banyak masyarakat Indonesia yang harus ke Malaysia, Singapura, karena gak ada dokternya. Banyak dokter harus praktik sampai malam, banyak pasien yang konsul cuma bisa 5-6 menit itu karena gak ada dokternya,” tuturnya mengakhiri.

Berita Lainnya

Berita Terbaru