Medan (buseronline.com) – Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 menjadi 2,3% (yoy) dari perkiraan sebelumnya 2.6% (yoy).
Hal itu dikarenakan adanya penyebab fragmentasi politik dan ekonomi yang belum usai, serta pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju.
“Koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar disertai meningkatnya resiko potensi resesi terjadi di AS dan Eropa. Termasuk penghapusan Zero Covid Policy di Tiongkok,” kata Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Sumut Doddy Zulverdi saat Bincang Bareng Media (BBM) dengan wartawan di Lantai 2 Junction Cafe, Jalan Uskup Agung, Medan Polonia.
Didampingi Deputi Kepala BI Sumut Azka Subhan Aminuridho, Ibrahim dan Deputi Direktur BI Sumut, Poltak Sitanggang, Dody Zulverdi mengungkapkan bahwa tekanan ekonomi global saat ini mulai berkurang, sehingga pengetatan kebijakan moneter mendekati puncaknya.
“Tekanan inflasi global terinfeksi mulai berkurang. Dan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan bias keatas dalam kisaran 4,5-5,3% pada tahun 2022. Didorong kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga, dan investasi non-bangunan,” paparnya.
Selain itu, ia menyampaikan pertumbuhan ekonomi di Sumut juga tetap tumbuh. Hal ini tercermin dari beberapa indikator ekonomi. “Seperti peningkatan indeks riil yang mengindikasikan tetap kuatnya aktivitas perdagangan dan dunia usaha,” jelasnya.
Menurutnya, BI juga meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1% persen. Pada semester I 2023 dan inflasi IHK kembali dalam sasaran 3,0±1%.
“Secara tahunan, inflasi gabungan Sumut pada Desember 2022 mencapai 6,12% (yoy). Ini disebabkan masih tingginya permintaan cabai merah, tomat, bawang merah dan ayam potong oleh masyarakat,” ujarnya.
Kesimpulannya, sambung Doddy, pertumbuhan ekonomi nasional diprakirakan berlanjut pada tahun 2023.
“Meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5-5,3%, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global,” pungkasnya.