Jakarta (buseronline.com) – Pemerintah Indonesia melakukan pemberian makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi terutama kasus stunting di Indonesia.
Penurunan prevalensi stunting dipengaruhi empat masalah gizi, yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Setelah empat masalah gizi tersebut teratasi, penurunan prevalensi stunting akan terjadi.
”Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya,” ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI dr Maria Endang Sumiwi MPH saat dimintai keterangan oleh media di Jakarta.
Pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu, yaitu sejak masa kehamilan sampai anak umur dua tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan.
Periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.
Ia mengatakan gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.
”Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting,” jelasnya.
Pemerintah akan beralih dari pemberian makanan tambahan dengan biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.
”Jadi kita sudah mulai tahun 2022 di 16 kabupaten/kota, karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak,” ungkapnya.
Pemberian makanan tambahan dengan pangan lokal ini disajikan siap santap oleh Posyandu dan dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya baik protein maupun kebutuhan gizi yang lain.
16 kabupaten/kota percontohan itu antara lain di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan. Sisanya mulai tahun 2023 diperluas ke 389 kabupaten/kota.
Selain pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal, hal yang paling penting adalah pemberian edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak.
Hal tersebut bertujuan untuk mengejar penurunan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024.
Sejumlah faktor yang mempengaruhi adanya penurunan stunting antara lain inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani dan konseling gizi.
Ada peningkatan proporsi pada tahun 2022 yaitu inisiasi menyusui dini menjadi 60,1 persen dari yang sebelumnya 47,2 persen di tahun 2021.
Anak yang diberi ASI jadi 96,4 persen tahun 2022 dari yang sebelumnya 73,5 persen di tahun 2021.
Pemberian sumber protein hewani menjadi 69,9 persen tahun 2022 dari yang sebelumnya 35,5 persen di tahun 2021, dan konseling gizi 32 persen tahun 2022 dari sebelumnya 21,5 persen di tahun 2021.
Pemerintah memiliki 11 intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6 sampai 23 bulan.