Medan (buseronline.com) – Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sumatera Utara (BKKBN Sumut) Muhammad Irzal menyampaikan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) Tahun 2023 di Sumut meningkat sebesar Rp493,7 miliar.
Menanggapi ini, Wakil Gubernur Sumut yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Sumut Musa Rajekshah berharap pemerintah kabupaten/kota dapat menyerap dana BOKB secara optimal guna mempercepat penurunan stunting sebagai fokus utama.
“Bersama BKKBN Sumut kita targetkan prevalensi stunting sebesar 18 persen tahun ini,” ujar Ijeck, sapaan akrab Musa Rajekshah saat rapat persiapan Rakerda dan rencana kegiatan Ambasador goes to Lake Toba di Ruang Kerja Wagub Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Medan.
Hadir dalam rapat Sekretaris BKKBN Sumut Yusrizal Batubara, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Sumut Manna Wasalwa Lubis, Kepala Dinas Pariwisata Sumut Zumri Sulthony.
Tahun 2022, lanjut Ijeck berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, Sumut berhasil menurunkan angka prevalensi stunting sebesar 4,7%, menjadi 21,1%, dari sebelumnya 25,8% pada tahun 2021.
“Tahun 2022 kemarin kita targetkan prevalensi stunting turun 22 persen dan alhamdulilah terealisasinya di bawah itu 21,1 persen. Capaian yang luar biasa ini atas kerja sama antara Kepala Perwakilan BKKBN dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Mudah-mudahan kami yakin untuk tahun 2023 angka 18 persen bisa tercapai bahkan mungkin bisa di bawah itu,” ujarnya.
Penyerapan BOKB yang dinilai belum maksimal di tahun lalu, lanjut Ijeck akan dibahas pada pertemuan di Rakerda Penurunan Stunting bersama Ketua TPPS Kabupaten/Kota se Sumut pada tanggal 8 Februari mendatang.
“Nanti pada saat Rakerda akan kita diskusikan apa kendala selama ini di daerah, seperti apa nanti penggunaan anggarannya agar tidak ragu-ragu dalam optimal dalam penyerapan dana BOKB apalagi tahun ini jumlahnya meningkat hampir 300 persen. Kita bukan mau mengejar angka, kita mau daerah-daerah yang memang angka stuntingnya tinggi itu kita kejar supaya kasusnya menurun karena ini menyangkut kesejahteraan rakyat kita,” tutupnya.
Sementara itu, Muhammad Irzal juga menyampaikan target prevalensi stunting di Sumut pada tahun 2023 mencapai 18,55 persen dan di tahun 2024 mencapai 14,92 persen. Ia juga berharap realisasi dana BOKB bisa maksimal di tahun ini karena menurutnya tahun lalu belum ada kabupaten/kota yang berhasil menyerap hingga 100 persen.
“Realisasi dana BOKB tahun 2022 yang paling tinggi diantaranya Tapanuli Selatan mencapai 90,57 persen dan Sibolga sebesar 86,92 persen. Tahun ini dana BOKB meningkat menjadi Rp493.759.896.000, jumlah ini mengalami kenaikan hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp171 miliar,” katanya.
Ia pun berharap tahun ini serapan dana aloksi khusus BOKB tersebut bisa meningkat. BKKBN lanjutnya telah menyediakan data keluarga berisko stunting dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2021 (PK21) yang diiringi dengan verifikasi dan validasi setiap tahunnya.
“Data by name by address tersebut menjadi pegangan Tim Pendamping Keluarga (TPK) dalam melaksanakan fungsi pendampingan,” katanya.
Selain itu, operasional BKKBN Sumut juga telah membentuk 10.323TPK di semua desa dan kelurahan, dimana tim ini beranggotakan sekitar 30.369 orang bidan, PKK dan kader KB.
“TPK dibekali dengan pelatihan dasar dalam melaksanakan fungsinya, diperlengkapi dengan penyediaan paket data setiap bulannya dan anggaran operasional saat melakukan pendampingan kepada keluarga sasaran,” tuturnya mengakhiri.