27 C
Medan
Rabu, November 6, 2024

Mahasiswi Uper Manfaatkan AI Rancang Penerjemah Bahasa Isyarat

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Peringatan Hari Pendengaran Sedunia tanggal 3 Maret menjadi momentum bagi masyarakat untuk lebih peduli pada mereka yang memiliki gangguan pendengaran.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan bertajuk The World Report on Hearing tahun 2021 memetakan setidaknya terdapat 1,5 miliar orang di dunia yang menderita gangguan pendengaran.

Gangguan pendengaran terbagi menjadi 4 kategori, yakni gangguan pendengaran ringan, sedang, berat dan sangat berat. WHO menyebut, penderita gangguan pendengaran ringan hingga berat umumnya masih dapat berkomunikasi secara lisan.

Dengan didukung alat bantu dengar agar bisa memahami dengan lebih baik. Sedangkan para penderita gangguan pendengaran sangat berat atau yang biasa disebut penyandang tuli, umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Di Indonesia, mayoritas komunitas Tuli berkomunikasi menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). Akibat perbedaan cara berkomunikasi, komunitas tuli seringkali kesulitan dalam berinteraksi terutama dengan masyarakat luas.

Hal ini juga yang kemudian memicu kesenjangan dalam hal kesempatan kerja. BPS melaporkan, di tahun 2022 dari 17 juta penyandang disabilitas di usia produktif, hanya 7,06 juta saja yang bekerja.

Peduli akan kesejahteraan komunitas tuli, alumni Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pertamina (Uper), Riestiya Zain Fadillah, menciptakan model sistem penerjemah Bisindo berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Ia mendapat bimbingan dosen Meredita Susanty MSc dan Ade Irawan PhD dalam pembuatan arketipe tersebut.

“Sistem penerjemah Bisindo yang dirancang, menggunakan metode data augmentation. Metode ini biasanya digunakan oleh programmer untuk meningkatkan keragaman data, guna melatih model machine learning atau ML. Adapun data yang digunakan adalah gambar huruf alfabet bahasa isyarat,” ungkapnya.

“Keragaman data diperlukan agar model ML bisa menerjemahkan bahasa isyarat dengan baik, dalam keadaan apa pun. Namun karena data alfabet Bisindo cukup sulit ditemukan diinternet, aku kemudian memperagakan sendiri bentuk alfabetnya, lalu didokumentasikan dalam bentuk foto,” lanjutnya.

Untuk membuat data yang beragam, Riestiya menambahkan, terdapat 3 teknik augmentasi data, yakni flip, rotate, dan menambahkan Gaussian Noise (membuat gambar menjadi buram). Teknik ini berhasil menghasilkan 2.659 data gambar yang berbeda.

Hasil dari percobaan yang dilakukan oleh Riestiya menunjukkan nilai akurasi yang hampir sempurna yakni 94,38%. Terdapat beberapa alfabet yang mendapatkan nilai akurasi rendah diantaranya huruf O dan huruf R.

“Huruf O memiliki gestur lingkaran yang tidak terpengaruh saat di augmentasi, sedangkan huruf R memiliki gestur jentikan jari. Saat ini sistem penerjemah BISINDO yang aku inisiasi masih kesulitan dalam menangkap gestur jentikan jari karena pergerakannya cukup cepat,” ujarnya.

Meredita Susanty MSc selaku dosen pembimbing sangat mengapresiasi model sistem penerjemah bahasa isyarat yang diciptakan Riestiya. “Ke depannya saya sangat berharap agar model ML ini bisa dikembangkan ke dalam bentuk aplikasi sehingga dapat langsung digunakan masyarakat,” pungkasnya.

Bagi siswa-siswi yang ingin menjadi programmer handal dapat bergabung di Program Studi Ilmu Komputer Uper. Saat ini, kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut kembali membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor (Non Tes) periode Maret untuk Tahun Akademik 2023/2024.

Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat mengunjungi laman https://pmb.universitaspertamina.ac.id/. (Rel)

Berita Lainnya

Berita Terbaru