Jakarta (buseronline.com) – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) memberi tanggapan soal curhatan komedian Kiky Saputri yang membandingkan layanan kesehatan dalam negeri dan Singapura soal beda diagnosis.
Salah satu alasan dari sedikitnya dua juta warga Indonesia berobat ke luar negeri. Menurut Presiden RI Ir H Joko Widodo, bahkan 750 ribu di antaranya lebih nyaman menjalani pengobatan di negara tetangga, Singapura.
“Saya kira trending topic minggu ini yang diangkat Presiden Jokowi adalah satu kesempatan bagi kita membedah lebih jauh,” kata dr Mohammad Syahril SpP MPH selaku Juru Bicara Kemenkes RI kepada media di Jakarta.
Memang, menurut Syahril perlu banyak perbaikan dari hulu ke hilir mengenai pelayanan kesehatan. Tidak hanya perkara jumlah tenaga dokter spesialis yang relatif masih jauh dari kata ideal, melainkan perbaikan pelayanan publik di RS, alat kesehatan yang merata ke daerah, hingga tenaga pendukung.
Transformasi besar yang disebutnya perlu didukung melalui Rancangan Undang Undang Kesehatan, sehingga ke depan masyarakat bisa mendapatkan akses kesehatan lebih baik.
Meski begitu, faktanya, kualitas tenaga dokter di Indonesia saat ini tidak perlu diragukan.
Sepak terjang para dokter lulusan dalam negeri mampu berkarier di banyak negara maju seperti Jepang hingga Korea. “Ada yang jadi ahli bedah di Korea,” jelasnya.
Artinya, penegakkan diagnosis yang berbeda tidak lantas bisa menyamaratakan kualitas SDM di Indonesia, seperti yang belakangan disorot Kiky Saputri.
“Apa yang disampaikan Kiky itu kan kasuistis ya. Kalau kasuistis itu tidak bisa digeneralisasi, tidak semua begitu,” lanjutnya.
Menekankan istilah-istilah kedokteran semacam ‘stroke kuping’ dinilai sebagai penggambaran kondisi medis bagi masyarakat awam.