Medan (buseronline.com) – Pengamat Ekonomi Medan Gunawan Benjamin mengatakan dari survey di sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) atau warung penjual makanan dan minuman buka puasa, terdapat kenaikan atau lompatan penjualan makanan (gorengan) dalam rentang 25% hingga 50% di Kota Medan dan sekitarnya.
Namun, kenaikan omset tersebut konsisten mengalami penurunan jika melihat perbandingan penjualan dari hari pertama Ramadan hingga hari ketiga Ramadan.
“Untuk penjual gorengan dan bukan pedagang musiman, penjualannya relatif stabil dan cenderung turun. Akan tetapi untuk penjual makanan kue kering/basah dan minuman olahan yang berdagang secara musiman, kerap barang dagangannya tidak habis terjual,” kata Gunawan di Medan, Minggu (26/3/2023).
Disisi lain, penjualan minuman segar (kelapa dan tebu) bukan musiman, terjadi penurunan omset yang cukup tajam jika membandingkan hari pertama dengan hari ketiga, katanya.
Pedagang tersebut mengklaim bahwa sekalipun penjualan di hari pertama Ramadan mengalami lonjakan penjualan yang tinggi, bisa mencapai dua kali lipat dibandingkan hari biasa.
Akan tetapi omset atau penjualan di hari kedua mengalami penurunan sekitar 20%. Di hari ketiga dibandingkan dengan hari kedua omset turun 40%. Sementara hari pertama dengan hari ketiga omset turun sekitar 44%.
Disisi lain, pedagang minuman segar dan bukan musiman mengkuatirkan bahwa, tidak butuh waktu yang lama untuk melihat penjualan di bulan Ramadan ini akan sama atau mendekati omset penjualan di hari normal.
Sementara itu, pedagang gorengan bukan musiman lebih optimis bahwa barang dagangannya masih akan lebih tinggi omsetnya selama bulan Ramadan ini dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Setidaknya penjualan akan lebih tinggi 10% sampai 20% di hari yang paling sepi selama Ramadan sekalipun, jika dibandingkan dengan penjualan di hari normal.
Untuk pedagang kue dan minuman olahan musiman, mereka lebih pesimis karena usahanya mungkin tidak akan berlangsung selama bulan Ramadan. Ada potensi tutup lebih cepat jika membandingkan Ramadan sebelumnya.
Sementara itu, pedagang kuliner kaki lima atau warung yang jumlahnya kian banyak menjadi salah satu pemicu penurunan pendapatan di hampir semua pedagang (bukan pedagang musiman).
Dari beberapa pedagang yang muncul belakangan ini, ada yang berjualan karena menjadi korban PHK, pengurangan jam kerja atau sementara di rumahkan. Dan dari sejumlah pedagang grosir penjual bahan baku untuk makanan.
Peningkatan hanya terjadi pada penjualan bahan makanan pokok seperti tepung, minyak goreng, gula pasir hingga penyedap rasa. Untuk penjualan makanan dan minuman jadi (kaleng), tidak terjadi peningkatan penjualan.
Dan melonjaknya harga bahan baku pangan serentak menjadi alasan penurunan pendapatan yang dirasakan pedagang, jika membandingkan pendapatan diwaktu yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan saya berkesimpulan ada pelemahan daya beli untuk masyarakat kelas menengah kebawah jika melihat fenomena penjualan pedagang kaki lima atau warung di Ramadhan ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dan tingginya inflasi yang menjadi salah satu pemicu pelemahan daya beli tersebut, katanya.