Jakarta (buseronline.com) – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun ini telah terjadi peningkatan kasus sifilis hingga 70 persen.
Pada 2018, tercatat kasus sifilis terdeteksi sebanyak 12.484 orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2022, menjadi 20.783 kasus di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, sifilis dikenal sebagai penyakit raja singa. Ini tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak yang ditularkan dari orang tua.
Penularan terjadi dari ibu saat hamil dan melahirkan. Tidak sedikit anak yang terpapar sifilis sejak dalam kandungan mengalami abortus atau lahir mati akibat sifilis.
“Jadi pasien yang ditemukan setiap tahunnya terus bertambah, sampai sekarang mengalami lonjakan hingga 70 persen,” kata Juru Bicara Kemenkes RI dr Mohammad Syahril SpP MPH dalam konferensi pers yang digelar Kemenkes RI di Jakarta.
Lebih lanjut, dr Syahril juga menyebut rendahnya ibu hamil yang menjalankan pengobatan setelah mengetahui terpapar sifilis. Sekitar 41 persen yang hanya menjalani pengobatan.
“Sisanya ada 60 persen yang tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan,” jelasnya.
“Rendahnya pengobatan karena adanya stigma di masyarakat. Setiap tahunnya dari 5 juta kehamilan, itu hanya 25 persen ibu yang diskrining sifilis,” lanjutnya.
Adapun gejala yang mengindikasikan penyakit sifilis yaitu muncul gatal dan luka di area kelamin.
Penyakit yang dipicu oleh bakteri treponema pallidum ini muncul imbas perilaku seksual yang berisiko, seperti seks oral dan anal.
“Jadi risikonya tinggi, makanya harus ditangani,” tuturnya mengakhiri.