Medan (buseronline.com) – Sejak diluncurkannya program Inovasi Pelaksanaan Totok Cegah Rokok (Pelakor) oleh UPT Puskesmas Tegal Sari yang terletak di Medan Denai pada bulan Mei kemarin (31/5/2023), sejumlah warga yang menjalani terapi totok kini mulai merasakan manfaat dari Pelakor.
Warga mengaku setelah menjalani terapi totok, ada sedikit perubahan pada dirinya yang awalnya perokok aktif, kini sudah mulai merasakan hambar ketika merokok. Yuliani salah satu warga usai menjalani terapi Pelakor mengakui saat ini dirinya sudah merasakan manfaat dari terapi totok ini. Dimana setelah terapi totok yang pertama ada sedikit rasa hambar saat mengisap rokok.
“Setelah diterapi Pelakor ada perubahan sedikit, ada rasa hambar terhadap rokok. Dulunya sebelum mengenal terapi totok dalam sehari merokok bisa sampai 1 bungkus, kini hanya setengah bungkus saja,” ujar Yuliani ketika dikonfirmasi usai menjalani terapi Pelakor kedua di UPT Puskesmas Tegal Sari Medan Denai.
Yuliani mengungkapkan karena mulai merasakan manfaat dari Pelakor, dirinya yang mempunyai niat untuk berhenti merokok akan rutin menjalani terapi totok di Puskesmas Tegal Sari.
Sebab selama 20 tahun merokok, ibu rumah tangga ini sudah mulai menyadari bahaya dari rokok untuk kesehatannya.
“Saya ingin berhenti merokok karena untuk menjaga kesehatan tubuh, selain itu harga rokok saat ini juga tinggi, sehingga lebih baik berhenti merokok. Karena manfaat Pelakor Mulai dirasakan, saya akan rutin jalani terapi,” sebut Yuliani sembari mengajak warga lainnya yang ingin berhenti merokok dapat mengikuti terapi Pelakor.
Manfaat dari Pelakor juga dirasakan warga lainnya. Seperti yang diungkapkan Ahmad Rahwan, meskipun baru pertama kalinya menjalani terapi totok, dirinya sudah mulai merasakan manfaatnya.
“Sudah mulai terasa, setelah diterapi tadi kita merokok agak sedikit hambar, kemudian lanjut merokok kembali ada rasa rokok itu. Bagus nantinya di totok lagi jadi memang hilang rasa rokok tadi,” jelas Ahmad.
Ahmad yang juga Kepala Lingkungan ini mengakui dirinya sudah merokok dari tahun 1996 dan kini sudah ingin berhenti merokok. Karena sudah merasakan manfaat dari Pelakor, saya akan rutin datang ke Puskesmas untuk melakukan terapi totok.
“Bagi warga yang ingin berhenti merokok dapat datang langsung ke Puskesmas Tegal Sari untuk menjalani terapi totok. Saya sudah merasakan manfaatnya, dan ini gratis,” Sebutnya.
Sebelumnya Kepala UPT Puskesmas Tegal Sari Medan Denai drg Kartika Anggreny menjelaskan bahwa petugas kesehatan di Puskesmas Tegal Sari telah mendapatkan sosialisasi dan pelatihan terkait ilmu terapi totok untuk mengatasi pecandu rokok ini di Dinas Kesehatan Kota Medan, namun karena Covid-19 baru di tahun 2023 ini program totok PELAKOR ini diterapkan dan dilaksanakan.
“Bertepatan di hari tanpa tembakau kemarin saya merasa program ini perlu dikembangkan dan akhirnya kita launching program Pelakor. Selain untuk pencegahan perokok, melalui program ini masyarakat juga dapat melakukan konseling seputar upaya untuk berhenti merokok,” jelas drg Kartika Anggreny sembari mengungkapkan program inovasi sesuai visi misi Wali Kota Medan Bobby Nasution yang mendorong jajarannya berinovasi dalam melayani masyarakat.
Menurutnya, program Pelakor ini tidak akan berhasil dan bermanfaat bagi pasien yang menjalani terapi jika tidak ada keinginan ataupun niat untuk berhenti merokok. Sebab pada saat dilakukan terapi totok, kita juga menstimulasi pikiran dari perokok untuk berhenti merokok sehingga akan menimbulkan reaksi yang tidak ingin atau hambar terhadap rasa rokok itu sendiri.
“Kita namai program ini Pelakor agar menggunggah orang untuk mengetahui bahwasanya stigma yang kurang baik ditengah masyarakat ternyata Pelakor ini adalah program baik untuk membuat perokok aktif berhenti merokok,” sebut Kepala UPT Puskesmas Tegal Sari sembari juga terus mensosialisasikan program ini di setiap kegiatan yang dilakukan Puskesmas.
Ia menambahkan untuk awalnya kita akan sosialisasikan program ini kepada warga masyarakat dengan mengajak lintas sektor kita sendiri, yaitu kepala-kepala lingkungan yang merokok untuk menjalankan terapi dan konseling ini.
Dimana kita harapkan para kepling ini nantinya dapat meneruskan program ini dan manfaatnya kepada warga-warganya, agar mau datang ke Puskesmas untuk konseling dan terapi Pelakor ini.
“Kita berharap program Pelakor ini dapat berkembang dengan kedepannya nanti akan dibuka poliklinik konseling bebas rokok, sehingga bukan hanya terapi totok Tetapi juga konseling bagaimana cara mencegah ataupun cara berhenti merokok,” ungkapnya.
Sementara itu, Dafni Idaliska Silitonga, petugas program Penyakit Tidak Menular (PTM) yang juga menerapi totok terhadap pasien menjelaskan sebelum diterapi pasien kita periksa kesehatan termasuk mengetahui kadar karbonmonoksida di dalam paru-paru dengan menggunakan alat smoke analyzer.
“Ada 9 titik yang harus ditotok dalam terapi Pelakor. mulai dari ubun-ubun, sisi kanan kiri kepala sampai ke paha guna memberikan rangsangan terhadap pusat saraf khususnya dofamin yang merupakan tempat berkumpulnya nikotin. Jika terapi Pelakor ini berhasil nantinya respon yang didapatkan oleh pasien maka rokok akan hambar bahkan sampai muntah,” jelasnya.