Berlin (buseronline.com) – Upaya Indonesia unjuk gigi di kancah internasional kian bersinar. Pada kesempatan kali ini, Indonesia menjadi negara mitra International Day pada kegiatan Lindau Nobel Laureate Meeting di Lindau, Jerman pada 26 Juni 2023.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Berlin, Jerman, Ardi Marwan, menyebutkan bahwa inilah kali pertama Indonesia dipercaya sebagai penyelenggara International Day di acara tahunan itu. “Terpilihnya Indonesia sebagai negara mitra International Day di acara Lindau Nobel Laureate Meeting ini tak lepas dari upaya diplomasi Kedutaaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin,” ucap Ardi dalam pertemuan persiapan Acara Indonesia International Day di Lindau, Jerman.
Penyerahan mandat mitra International Day pertama kali tertuang pada nota kesepahaman yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek RI pada saat itu, Ainun Naim, dan Managing Director and Member of the Board of the Lindau Nobel Laureate Meeting, Nikolaus Turner, pada 2019 silam.
Pada 26 Juni 2023 mendatang, Indonesia akan menampilkan pertunjukan khas Nusantara berupa tari Ratoh Jaroe dari Aceh dan musik tingklik khas Bali yang siap memukau setiap hadirin. Pementasan tingklik Bali akan dibawakan oleh sanggar seni Anggur Jaya – Gamelangruppe Freiburg sedangkan pertunjukan tari akan dipentaskan oleh grup Pesona Indonesia and Friends yang beranggotakan lima belas orang.
“Sejauh ini Satuan Kerja Pendidikan dan Kebudayaan serta Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Berlin terus berkoordinasi dengan Kemendikbudristek di Jakarta agar pelaksanaan International Day di Lindau besok dapat berjalan lancar,” ungkap Ardi.
Pada pagelaran Lindau Nobel Laureate Meeting 2023, Indonesia akan mengirimkan sebelas ilmuwan yang berasal dari Universitas Gadjah Mada dan Unviersitas Airlangga. Ilmuwan-ilmuwan Indonesia akan bergabung dengan lebih dari 600 ilmuwan muda terpilih lainnya yang berasal dari seluruh dunia untuk bertatap muka dengan para penerima Hadiah Nobel. Tahun ini, sebanyak 40 penerima penghargaan Nobel turut hadir pada acara yang pertama digagas tahun 1951 itu.
Lindau Nobel Laureate Meeting akan diselenggarakan pada tanggal 25-30 Juni 2023 dengan mengusung tema fisiologi dan kedokteran. Perwakilan dari Indonesia yang akan menghadiri acara tersebut adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno; Konsul Jenderal Republik Indonesia di Frankfurt, Acep Somantri; Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Dikti Ristek), Nizam; dan Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Faiz Syuaib.
Acara Lindau Nobel Laureate Meeting akan diisi berbagai agenda seminar keilmuan. Pada sesi pagi berbagai ilmuwan akan menyampaikan inovasi dan temuan yang diraih. Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan sesi panel diskusi. Panitia juga memberikan kesempatan kepada ilmuwan muda terpilih untuk duduk bersama pemateri pada sesi Open Exchanges. Sesi ini diikuti secara eksklusif oleh para ilmuwan muda untuk berbagi cerita secara santai dan melayangkan pertanyaan personal kepada pemateri.
Menjadi ilmuwan terpilih di Lindau Nobel Laureate Meeting bukanlah hal mudah. Banyak kriteria dan ketentuan yang harus dipenuhi. Sebagai langkah pertama, Kemendikbudristek melakukan kurasi dan seleksi ilmuwan-ilmuwan yang dinilai sesuai dengan kriteria tema yang diusung tahun ini yaitu fisiologi dan kedokteran. Selanjutnya Kemendikbudristek menyerahkan keputusan akhir kepada Yayasan Lindau Nobel Laureate Meetings.
Pada Scientific Breakfast tanggal 26 Juni 2023, Indonesia diberikan sesi pemaparan materi tersendiri yang bertajuk “Indonesia in Overcoming the COVID-19 Pandemic and Domestic Vaccine” dengan narasumber Dirjen Dikti Ristek; pakar Virologi & Imunologi Universitas Airlangga, Fedik Abdul Rantam; serta Antonia Morita Iswari Saktiawati dari Universitas Gajahmada. Panel tersebut akan dimoderatori oleh Dubes RI/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Ismunandar, yang juga merupakan Alumni Lindau Nobel Laureate Meeting tahun 2005 lalu. Pada malam harinya, diadakan presentasi oleh Dirjen Dikti Ristek dan Dubes RI untuk Jerman kemudian ditutup dengan pagelaran budaya tradisional Indonesia.