Medan (buseronline.com) – Indonesia menempati posisi ke dua kasus TBC terbanyak di dunia setelah India dengan kasus sebanyak 969.000 dan kematian sebanyak 144.000. Beban kasus TBC tertinggi pada tahun 2022 tejadi di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara (83.969 kasus) dan DKI Jakarta. Sumut menduduki posisi keempat.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan MKes mengatakan penemuan kasus TBC di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumut saat ini ada diangka 24.274 kasus per 24 Juli 2023.
Disebutkannya untuk penanganan kasus TBC sendiri, ada dua indikatornya pertama penemuan kasus Tuberkulosis (Treatmen Coverage) lalu yang kedua keberhasilan pengobatan pasien (Success Rate).
“Capaian hingga bulan Juli 2023 ini tercatat untuk kasus TBC yang telah diobati ada sebanyak 16.863. Pasien yang mendapatkan pengobatan lengkap ada 11.711 dan yang sembuh dari TBC ada 3496 orang. Alhamdulillah dari angka ini untuk keberhasilan pengobatan mencapai 90,2% dimana target kita 90%. Artinya Sumut capai target keberhasilan pengobatan pasien TBC,” katanya.
Sebenarnya untuk kasus di Sumut sendiri juga ada dua jenis yakni TBC SO (sensitive obat) pengobatan membutuhkan waktu minimal enam bulan dan TBC RO (resisten obat) merupakan yang sudah tidak mempan dengan obat-obatan.
“Dari dua jenis ini pada kasus SO ada sebanyak 18.100 kasus dan yang RO ada sebanyak 353 kasus sehingga total 18.453,” ujarnya. Disisi lain, untuk penemuan kasus TBC sendiri sampai 24 Juli 2023 masih 28,91%.
Dimana target untuk tahun ini adalah sebanyak 91%. Untuk itu, saat ini Dinkes Sumut bersama dinas-dinas kesehatan lainnya berusaha untuk mengejar target ini. Karena Provinsi Sumut mengejar eliminasi TBC di 2030.
“Tahun lalu kita memang gak sampai target untuk penemuan kasus yang harus 90-91% kita hanya capai 59,1%. Jadi, satu Provinsi Sumut ini tahun 2022 harus menemukan kasus sebanyak 72.328 tapi yang berhasil menemukannya sekitar 42.961 kasus. Karena kita mau eliminasi kita ditargetkan untuk menemukan kasus lebih banyak di satu tahun ini harus bisa 83.969 kasus, naik 10 ribuan yang bertujuan untuk percepatan eliminasi 2030 untuk TBC. Akan tetapi kita masih 24.274 yang artinya masih 28,91%,” ungkapnya.
Untuk itu, diharapkan ada kerjasama yang baik seluruh stakeholder dalam menemukan kasus-kasus TBC di Sumut. Sehingga bila tinggi angka yang dijumpai di daerah itu artinya keberhasilan menemukan kasus. Seperti di Deliserdang ada 2.526 dan di Kota Medan ada 7.246 yang saat ini memang capaian penemuan kasus tinggi.
“Jadi kalau saat ini semua pihak tidak ikut bergerak dan membantu menemukan kasus ini. Bisa sampai gak target penemuan kasus hingga 91%. Sekarang aja masih 28,91%. Sehingga peran lintas sektor dan sadarnya masyarakat berperan untuk menemukan kasus TBC ini. Kalau kasus ditemukan tinggi jangan panik, artinya keberhasilan penemuan kasus berjalan. Apalagi Sumut ini kan populasinya banyak, artinya semakin cepat semua diobati bila sudah ditemukan kasusnya,” pungkasnya.