Medan (buseronline.com) – Pemprov Sumut bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Sumut menyebut Puskesmas dan tenaga kesehatan di desa sebagai garda terdepan untuk mendeteksi dini kanker di tengah masyarakat. Diharapkan Puskesmas dan Nakes di desa juga mengedukasi masyarakat mengenai kanker.
Hal itu disampaikan Ketua YKI Sumut Nawal Lubis saat menjadi narasumber seminar ‘Distribusi dan Karakteristik Kanker di Sumut, serta Deteksi Dini Kanker Kepala, Leher dan Mulut’ di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman, Nomor 41 Medan.
Menurut Nawal, berdasarkan data yang diambil dari berbagai rumah sakit di Sumut, jumlah penderita kanker Sumut mencapai 3.206 orang. Namun jumlah sebesar itu hanya yang terdata.
“Masih ada lagi penderita kanker yang tidak terdata, karena tidak dirawat di rumah sakit, atau tidak memeriksakan dirinya, inilah tugas para garda terdepan tadi, mengedukasi masyarakat agar mau diperiksa,” kata Nawal.
Nawal menyebut banyak penderita kanker yang tidak menyadari penyakitnya. Sehingga mereka mengobati penyakit dengan pengobatan yang tidak sesuai. Akhirnya, saat sudah stadium akhir barulah pasien berobat.
“Jika sudah stadium akhir, pengobatan terasa berat sekali, mahal, dan sakit sekali, maka garda terdepan tadi mestilah mendeteksi pasien secara dini, sehingga pas masih stadium awal bisa langsung diobati,” ujarnya.
YKI Sumut pun banyak menggelar berbagai kegiatan sosialisasi. Instansi, organisasi dan forum kemasyarakatan pun disasar. Mulai dari majelis taklim, pengajian kaum ibu, sekolah, dan organisasi lainnya.
Nawal juga memaparkan, dari 3.206 total penderita kanker di Sumut, kanker payudara merupakan yang terbanyak, yakni sebesar 393 orang. Disusul leukimia 313 orang, kanker paru 293 orang, kanker kelenjar getah bening 238 orang dan seterusnya.
Senada dengan Nawal, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan MKes mengatakan Puskesmas sebagai garda terdepan mendeteksi dini kanker di tengah masyarakat. Menurutnya, angka kanker terus meningkat setiap tahun, maka diperlukan gerakan deteksi dini mulai dari Puskesmas.
Alwi menjelaskan, berbagai kemudahan pengobatan apabila kanker ditemukan saat kasih stadium awal. Pertama, kanker stadium awal masih bisa dituntaskan. Kedua, pengobatan kanker stadium awal masih murah dan tidak banyak mengeluarkan biaya besar.
Jika seseorang sudah menderita kanker stadium akhir, biaya pengobatan pun semakin mahal. “Ketiga, pasien kanker stadium awal tingkat kesakitannya masih bisa diminimalisir,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia Sumut Deny Rifsal Siregar mengatakan banyak pasien kanker yang terlambat mendapat pengobatan.
Ia sering menerima pasien kanker yang baru datang saat sudah mengidap stadium akhir. Diharapkan seminar tersebut dapat memberikan ilmu baru pada tenaga kesehatan Puskesmas yang menjadi peserta.
“Diharapkan seminar ini dapat memberikan edukasi untuk meningkatkan kesadaran untuk mengetahui risiko kanker, sehingga kami berharap bisa menurunkan angka kejadian,” kata Deny.