Medan (buseronline.com) – Pengurus Runggun GBKP Setia Budi Medan merayakan HUT ke 38 GBKP Setia Budi secara sederhana dengan kebaktian dan memotong kue ulang tahun bersama ratusan para jemaat di gereja tersebut, Jalan Setia Budi, Gang Kenanga Medan.
Ketua Runggun GBKP Setia Budi Medan Pt Tama Sena Tarigan mengatakan peringatan HUT ke 38 GBKP Runggun Setia Budi Medan tepatnya pada tanggal 01 September 1985.
Ia mengatakan di usia ke 38 ini perjalanan aktifitas gereja terus meningkat, baik pelayanan serayan (pertua/diaken) Tuhan maupun jemaat yang terus ikut ambil bagian baik dalam bidang koinonia (persekutuan), Marturia (kesaksian) dan diakonia (pelayanan).
“Ketiga bidang ini disebut Tri Tugas Gereja. Tentunya ke depannya harapan setiap serayan Tuhan maupun jemaat agar terus ditingkatkan kegiatan-kegiatan yang melibatkan jemaat pada ketiga bidang tersebut,” harapnya.
Ia mengatakan usai 38 tahun sudah pasti ada kekurangan, sehingga kekurangan itu perlu terus diadakan perbaikan dan pemeliharaan yang diharapkan agar terus meningkatkan keimanan jemaat. Sehingga jemaat dapat semakin lebih dewasa dalam imannya.
“Selain itu juga secara fisik perlu diadakan perbiakan infrastruktur di luar gereja, khususnya aksesibilitas atau jalan masuk ke lingkungan gereja yang kalau hujan sering banjir di kawasan gereja, sebab tidak ada pembuangan air hujannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Pdt John Terkelin Ginting STh MA MTh mengutip nats alkitab dari Roma 13:8-14. Tema: Membantu sesama dengan kasih. Adapun yang menjadi penekanan di dalam khotbah sehubungan dengan minggu pluralisme adalah sebagai berikut, sebagaimana dikatakan Paulus di dalam nats, bagi semua orang diingatkan untuk mempraktekkan kasih dengan tulus.
“Ketika kita mengasihi, kita sudah melakukan makna hukum taurat yang sesungguhnya, karena inti dari hukum taurat adalah mengasihi, yakni mengasihi Tuhan dan mengasihi manusia,” katanya.
Mengasihi Tuhan, ditunjukkan dari integritas diri yang menjunjung nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan serta ketaatan kepada perintah Tuhan. Dan mengasihi manusia dapat ditunjukkan melalui hubungan yang baik antara sesama manusia tanpa membedakan suku, agama dan bahasa.
“Sehubungan dengan minggu pluralisme, kita diingatkan untuk tetap menghargai keberagaman, sebab kita walau berbeda, tetapi di tempatkan dalam satu rumah yang sama, yakni dunia. Kita harus mencari persamaan dalam setiap perbedaan, bukan sebaliknya mencari perbedaan dalam persamaan
Kalau berbicara tentang kehidupan kekal, itu berpulang kepada diri dan keyakinan masing masing, namun sebagai umat/saksi Tuhan kita ciptakan suasana dunia sebagai bayang-bayang Surga. Kita pupuk kebersamaan kita di negara kesatuan Republik Indonesia yang beragam suku, bahasa dan agama,” ungkapnya. (P3)