Jakarta (buseronline.com) – Menteri Kesehatan RI Ir Budi Gunadi Sadikin buka-bukaan soal minimnya tindakan transplantasi sumsum tulang belakang untuk menangani kasus kanker darah termasuk leukemia hingga limfoma.
‘Gold standard’ penanganan kanker darah tersebut nampaknya belum bisa dilakukan di banyak RS Tanah Air.
Track record tindakan transplantasi sumsum tulang belakang di Indonesia, bila dibandingkan dengan banyak negara tetangga seperti Malaysia, hingga Singapura bahkan Thailand jauh tertinggal.
“Transplantasi sumsum tulang belakang itu sekarang cuma dilakukan di RSUP Kariadi, kenapa? Iya karena nggak masuk BPJS. Jadi RS lain nggak lakukan, akibatnya apa? Akibatnya orang kita tuh ke Malaysia lah, ke Singapura, yang bikin malu kan ke Thailand,” kata Menkes Budi dalam forum diskusi daring.
“Jadi aku coba tuh lihatin berapa sih yang melakukan sumsum tulang belakang transplant. Indonesia setahun cuma 5, itu sama Vietnam saja kalah, sama Bangladesh saja kalah, saya kan sebagai Menkes, malunya minta ampun,” lanjut Menkes Budi.
Menkes Budi menyebut banyak dari mereka yang melakukan transplantasi tersebut sebenarnya bukan termasuk kelompok tidak mampu.
Buktinya, masyarakat rela melakukan pengobatan dengan dana pribadi yang bisa mencapai miliaran rupiah.
Karenanya, alih-alih terhalang finansial, Menkes Budi menilai banyak warga Indonesia bepergian ke LN di tengah ‘krisis’ kepercayaan terhadap pengobatan dalam negeri.
“Aku tanya itu transplant di sana bayar BPJS. Orang nggak mampu. Ternyata nggak tuh, orang mampu. Jadi aku juga bingung, it’s not about BPJS tarif, orang di Indonesia nggak percaya aja kita bisa lakukan,” ujar Menkes Budi.
“Jadi aku paksa RS Dharmais bikin dong, itu kan RS pusat kanker, bikin dong transplant, terus dibilang ‘Iya pak lagi kerja sama sama Malaysia, tapi uang BPJS-nya nggak masuk’. Kamu gimana sih manja-manja begini, itu orang ke luar banyak yang pergi ke Malaysia bayar nggak pakai BPJS, bayar Rp1 M, miliaran, masa nggak bisa bikin Rp750 juta ditagih gitu bikin di sini,” sesal Menkes Budi.
“Ternyata karena mereka nggak punya track record, jadi orang kan ga percaya, takut juga mati. Jadi kita nggak berani coba, maunya coba dibayarin BPJS, nah ini mental-mental cemen banget sih,” beber Menkes Budi.
Menkes Budi berharap lebih banyak RS yang berani melakukan investasi untuk tindakan semacam transplantasi sumsum tulang belakang agar warga tidak perlu jauh-jauh terbang ke luar negeri melakukan pengobatan.
Pemerintah saat ini disebutnya memutuskan membuka tanggungan BPJS untuk 10 orang penerima transplantasi sumsum tulang belakang, memperbanyak penanganan tersebut untuk meningkatkan kepercayaan warga berdasarkan track record RS.
“Kita akhirnya putusin ya sudah deh 10 orang boleh BPJS, atau 20 orang BPJS, Direktur Keuangan bayarin, tapi dengan dilakukan sudah terlatih kan ada track record,” ujar Menkes Budi.
“Jadi kalau ada orang kaya dia terbang ke Thailand, atau Malaysia, di RS Dharmais ada nih 10 orang selamat semua, kan nggak enak sebetulnya penyakit cancer terbang-terbang ke luar negeri siapa yang pengen?,” tutup Menkes Budi. (R3)