Jakarta (buseronline.com) – Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin menargetkan angka stunting di tahun ini turun sebanyak empat persen, menjadi 17 persen.
Mengacu Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan RI, prevalensi balita stunting di Tanah Air mencapai 21,6 persen di 2022 dan targetnya bisa menurun pada 2024 menjadi 14 persen.
Menurut Menkes Budi, sejauh ini angka stunting tertinggi paling banyak dilaporkan di Nusa Tenggara Timur dengan angka balita stunting sebesar 35,3 persen.
Faktor utama atau pemicu kebanyakan berakhir stunting adalah kesehatan ibu hamil. Banyak dari mereka yang tidak mendapatkan pelayanan dasar kesehatan juga asupan gizi yang cukup.
“Karena di NTT masalah ekonomi ya, kesehatan dasar iya, juga kebersihan. Stunting itu kan masalah dasar dari kesehatan dan pemenuhan gizi,” ujar Menkes Budi saat memberi keterangan kepada media di Jakarta.
Gizi buruk pada ibu hamil perlu diketahui sejak dini, ciri-ciri yang bisa dilihat adalah lingkar lengan atas ibu yang tidak mencapai 23,5 cm.
Pasalnya, jika anak telanjur lahir dengan kondisi stunting, penanganannya terbilang cukup sulit.
Menkes Budi menyebut nasib generasi Indonesia Emas 2045 ditentukan dengan angka stunting, jika kasusnya terus meningkat, mustahil anak muda bisa menikmati Indonesia sebagai negara maju dengan pendapatan per kapita 13 ribu dolar AS per tahun. (R3)