Medan (buseronline.com) – Revitalisasi bahasa daerah terus digaungkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI. Kali ini, melalui Balai Bahasa Provinsi Sumut dengan mengadakan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2023 pada 15 November 2023, bertempat di Asrama Haji Embarkasi Medan, Provinsi Sumut.
FTBI Provinsi Sumut dihadiri undangan yang terdiri atas unsur Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumut, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sumut, para kepala dinas pendidikan dari 10 kabupaten/kota, beserta jajaran, para budayawan, tokoh adat, sastrawan, orang tua dan pemangku kepentingan lainnya.
Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kemendikbudristek RI Muh Abdul Khak mengatakan bahwa sejarah bahasa ibu diperkenalkan pada tanggal 17 November 1999 oleh UNESCO. Pada saat itu, UNESCO menetapkan bahwa 21 Februari menjadi Hari Bahasa Ibu Internasional.
Hari Bahasa Ibu Internasional tercipta dikarenakan suatu peristiwa bahasa di suatu negara yang menjadi terpecah menjadi dua, yaitu Pakistan dan Bangladesh.
Selanjutnya, Abdul Khak menambahkan bahwa bahasa sudah menjadi sebuah ideologi dan perlu untuk direvitalisasi agar tetap hidup dan tidak punah. “Sama halnya dengan bahasa daerah di Indonesia supaya tetap hidup hingga keturunan-keturunan selanjutnya,” ucapnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk mempertahankan bahasa daerah mulai dari lingkungan rumah sebagai ‘benteng’ awal untuk mempertahankan bahasa daerah.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumut Hidayat Widiyanto mengungkapkan bahwa bahasa daerah punah karena para penutur mudanya tidak lagi menggunakan bahasa tersebut. Begitu juga para orang tua tidak lagi mewariskan bahasa tersebut kepada anak-anaknya.
“Untuk itu, bahasa daerah harus dipakai secara meluas, terutama oleh para penutur muda. Itu prinsip revitalisasi yang tepat guna,” tegasnya.
Di Provinsi Sumut saat ini telah dilakukan revitalisasi bahasa Melayu dialek Panai di Kabupaten Labuhanbatu, bahasa Melayu dialek Sorkam di Kabupaten Tapanuli Tengah, bahasa Batak dialek Mandailing-Angkola di Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Padanglawas Utara. Kelima kabupaten/kota ini sudah sejak 2022 telah melakukan revitalisasi bahasa daerahnya.
“Pada 2023 ini kami mengajak Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat untuk bahasa Melayu dialek Langkat, Kabupaten Asahan untuk bahasa Melayu dialek Asahan/Tanjungbalai, dan Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Samosir untuk bahasa Batak dialek Toba. Tahun depan, jumlah bahasa dan jumlah kabupaten akan ditambah dengan kerja sama bersama pemerintah daerah kabupaten/kota lainnya,” jelas Hidayat Widiyanto.
Kepala Bidang Pembinaan SMK, Suhendri berharap di tahun 2024 yang akan datang, peserta FTBI tidak hanya berasal dari siswa/siswi baik tingkat SD maupun SMP saja melainkan juga tingkat SMA/MA maupun SMK. Menurutnya, para peserta merupakan penjaga bahasa di Sumut.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumut Ahmad Qosbi menyampaikan bahwa bahasa daerah merupakan kekayaan bangsa milik Indonesia, maka dari itu Kementerian Agama (Kemenag) juga memberikan satu program moderasi beragama yang di dalamnya termasuk FTBI.
Inti dari moderasi beragama mengacu pada empat indikator, yaitu cinta terhadap bangsa dan tanah air, toleransi, anti kekerasan, serta menerima dan menghargai budaya maupun adat istiadat lokal.
Kegiatan revitalisasi bahasa daerah di Provinsi Sumut telah melibatkan 251 guru utama yang disebut guru master. Pada 12-15 Juni 2023 dan 19-22 Juni 2023 seluruh guru utama ini telah mendapat pelatihan intensif dalam bentuk Traning of Trainer (ToT) oleh instruktur selama kurang lebih seminggu. Para guru utama yang dilatih, dipilih dari kabupaten-kabupaten yang bahasanya direvitalisasi.
Para guru utama yang telah dilatih ini, lalu mengimbaskan pengetahuan yang didapatnya ke guru-guru sejawat. Setelah itu, guru sejawat yang telah mendapat pengimbasan dari guru utama ini, melakukan pengimbasan lagi ke siswa dalam bentuk pelatihan berbasis sekolah.
Tercatat, ada sejumlah 2.380 guru sejawat yang dilibatkan dan 30.404 siswa yang terdiri atas 7.129 siswa SD dan 23.275 siswa SMP sederajat yang terlibat dalam pembelajaran ini. Selain guru sejawat dan siswa, kegiatan revitalisasi bahasa daerah ini juga melibatkan para pemangku kepentingan. Ada 10 Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota yang mendukung revitalisasi pada tahun 2023. FTBI tingkat Provinsi ini menghadirkan 140 penampil dari 10 kabupaten/kota. Selain itu, acara ini juga melibatkan akademisi, tokoh adat, pakar, dan maestro budaya setempat pada prosesnya sampai pada tahap ini. (R)