Riyadh (buseronline.com) – Sebagai upaya menghormati serta memahami kontribusi besar ulama terhadap peradaban Islam, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Riyadh melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) menggelar diskusi bedah buku yang memaparkan kehidupan dan warisan keilmuan Syekh Nawawi Al-Bantani, di Kantor KBRI Riyadh. Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan guru besar terkemuka di wilayah Hijaz dan Nusantara pada abad ke-19.
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad mengungkapkan harapannya bahwa acara ini dapat menjadi semangat bagi generasi muda.
“Kita harus menghargai dan mempelajari warisan intelektual ulama Islam yang telah memberikan kontribusi luar biasa bagi perkembangan umat Islam di masa lampau dan masa kini,” ujarnya.
KBRI Riyadh berkomitmen untuk terus menjadi garda terdepan dalam menginspirasi serta memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang memperkaya wawasan keislaman serta kebangsaan.
Turut hadir pada acara ini, berbagai tokoh, mahasiswa, dan masyarakat umum yang antusias di Riyadh. Lebih dari 60 orang hadir dalam Bedah Buku “Syekh Nawawi al-Bantani (1812-1897) Mahaguru Ulama Hijaz & Nusantara Abad Ke-19″.
Dua pembicara utama sekaligus penulis buku Syekh Nawawi Al Bantani (1812-1897) Mahaguru Ulama Hijaz & Nusantara Abad 19, yakni Mufti Ali dan Siti Ma’rifah Ma’ruf Amin, memberikan pemahaman mendalam tentang perjalanan hidup serta jasa besar yang diberikan oleh Syekh Nawawi Al-Bantani.
Mufti Ali dalam paparannya menyoroti peran krusial ulama ini dengan memaparkan data-data dan arsip yang diperoleh tentang Syekh Nawawi dari berbagai perpustakaan di Indonesia dan Eropa (Belanda) sehingga peran dan ketokohan ulama ini mampu dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Sementara itu, Siti Ma’rifah Ma’ruf Amin memberikan perspektif yang lebih spesifik mengenai warisan intelektual Syekh Nawawi Al-Bantani terutama dalam konteks Nusantara. Siti Ma’rifah menekankan pada peran ulama ini dalam membentuk pemahaman agama yang kuat di wilayah Indonesia serta menggarisbawahi pentingnya kontribusi ulama ini dalam memelihara tradisi keilmuan.
Sebagai pembicara utama pada diskusi ini, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, ini, Abdul Aziz Ahmad, memberikan penghormatan kepada Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai tokoh yang membanggakan bagi Indonesia dan dunia Islam pada umumnya.
Ia menegaskan pentingnya meneruskan warisan ilmiah ulama terdahulu sebagai landasan keberhasilan umat Islam masa kini.
Bertindak sebagai moderator, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh, Badrus Sholeh yang memandu diskusi antara para pembicara dan peserta.
Dalam pengantar diskusi, Atdikbud Badrus menyatakan bahwa Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan kebanggan Bangsa Indonesia dan Ummat Islam.
“Syekh Nawawi menjadi inspirasi bagi Ulama dan ilmuwan Muslim karena begitu konsisten melahirkan Karya tulis yang diapresiasi oleh Ulama dan ilmuwan di Hijaz, Timur Tengah dan dunia Muslim. Buku-bukunya hingga saat ini dibaca dan dikaji di madrasah dan pondok pesantren di Indonesia dan Asia Tenggara, serta beberapa universitas dan madrasah di Timur Tengah,” jelas Badrus.
Diskusi penuh inspirasi ini menegaskan urgensi untuk terus mempelajari serta meneruskan nilai-nilai keilmuan yang telah ditinggalkan oleh ulama besar seperti Syekh Nawawi Al-Bantani. Acara bedah buku ini diakhiri dengan semangat tinggi dan keseriusan untuk terus mempelajari serta menggali potensi ilmiah yang ada demi kemajuan dan kedamaian umat manusia.
Dalam penutup acara, Atdikbud Badrus menyampaikan bahwa buku ini akan didorong untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab bersama Thinktank Arab Saudi di Riyadh.
“Sehingga lebih banyak pembaca di seluruh dunia yang dapat menikmati buku ini serta memahami peran Syekh Nawawi Al-Bantani dalam pengembangan studi Islam di dunia,” tuturnya.
Selanjutnya, Atdikbud menyatakan riset manuskrip ulama Nusantara di Hijaz akan dilanjutkan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan pemangku kepentingan di Indonesia dan Arab Saudi.
Kerja sama riset berkelanjutan ini akan berdampak positif bagi diplomasi Indonesia di Arab Saudi dan Timur Tengah karena kontribusi ilmu pengetahuan ulama Nusantara bagi dunia merupakan bagian dari soft power Indonesia.
Lebih dari 300 buku ditulis oleh Ulama Nusantara sekitar Abad ke-19 di Hijaz. (R)