Jakarta (buseronline.com) – Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikbudristek RI bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menyelenggarakan kembali Program Microcredential CS50x Indonesia-Harvard University. Setelah sukses dengan penyelenggaraan program pilot tahun lalu, terjadi peningkatan pada jumlah peserta guru dari 150 menjadi 273 orang guru pada jenjang SMP, SMA, dan SMK.
Setelah Program CS50x berlangsung selama 22 minggu secara daring, para peserta terpilih akan mengikuti rangkaian program luring 5 hari di Jakarta Intercultural School yang dipandu secara langsung Prof David J Malan, Gordon McKay Professor, Practice of Computer Science Harvard University.
Mendikbudristek Nadiem Makarim turut hadir bersama Prof David Malan pada pembukaan seminar luring yang bertajuk “Digital Skill Bagi Guru” di Graha Ristekdikti Gedung D Kompleks Kemendikbudristek, Jakarta.
Dalam dialognya dengan Prof David Malan, Mendikbudristek menekankan bahwa pelaksanaan program CS50x merupakan wujud komitmen gerakan Merdeka Belajar dalam meningkatkan kompetensi guru.
“CS50x Indonesia-Harvard University adalah langkah nyata, sebagai komitmen gerakan Merdeka Belajar, untuk terus meningkatkan kompetensi guru-guru di Indonesia. Dengan mengikuti program ini, saya berharap para guru akan mendapatkan ilmu yang relevan dengan perkembangan zaman sebagai bekal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” tutur Mendikbudristek Nadiem Makarim.
Program ini telah dilaksanakan dengan format kegiatan secara daring dan luring semenjak Oktober 2023 sampai dengan Maret 2024. Para guru diajarkan langsung oleh para teacher fellow dari Harvard University tentang ilmu komputer dan seni pemrograman. Sasaran program ini terbuka untuk semua guru dan tidak terbatas pada yang mengajar di bidang komputer dan informatika.
Salah satu prinsip dasar yang didapatkan para guru dalam program ini adalah, seperti Computational Thinking sebagai landasan berfikir dalam bidang informatika. Selanjutnya, ditanamkan prinsip bahwa pelajaran Informatika bukan sekadar soal penggunaan TIK sebagai alat, melainkan sebagai sarana menjadikan peserta didik sebagai digital citizen.
Lebih lanjut, para guru peserta juga mendapatkan pemahaman bahwa Informatika adalah ilmu yang fleksibel dengan bidang keilmuan lain. Sebab, pada hakikatnya, perangkat informatika dibuat untuk memudahkan menuntaskan pekerjaan di berbagai bidang kehidupan serta membantu menyelesaikan permasalahan di era modern.
Terakhir, prinsip yang tak kalah krusial di zaman ini adalah bahwa pembelajaran Informatika mestinya dapat melahirkan generasi kreator sehingga peserta didik tidak hanya menjadi pengguna teknologi.
Dengan prinsip-prinsip tersebut, program CS50x Indonesia-Harvard University sejalan dengan semangat Merdeka Belajar yang mengedepankan peningkatan kompetensi guru. Program ini berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman para pendidik untuk menerapkan prinsip komputer sains dalam proses pembelajaran pada gilirannya, setelah guru kembali mengajar di sekolah masing-masing, peserta didik diharapkan dapat berpikir secara algoritmik dan memecahkan masalah secara efisien.
“Ke depannya, semoga CS50x Indonesia-Harvard University tetap berlanjut dan banyak program-program serupa yang lahir dengan semangat Merdeka Belajar,” tukas Mendikbudristek Nadiem Makarim.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) mempunyai perhatian khusus terhadap peningkatan kemampuan guru di bidang digital, khususnya Informatika. Mengingat Informatika merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Merdeka.
“Ditjen GTK menyadari bahwa mata pelajaran Informatika akan dapat menyumbangkan kemampuan berpikir komputasional yang dilandasi oleh logika. Oleh karena itu, mata pelajaran ini menjadi salah satu mata pelajaran yang berkontribusi pada terwujudnya Profil Pelajar Pancasila, khususnya dalam hal menumbuhkan daya nalar kritis dan kreatif siswa, serta bergotong royong dalam kebhinekaan global di dunia nyata maupun dunia maya,” tutur Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Nunuk Suryani.
Tak hanya di dalam sekolah, di luar sekolah pun para peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif dalam berkarya dan berteknologi, serta memiliki kemampuan literasi digital yang mumpuni sebagai anggota masyarakat sekaligus warga digital yang berakhlak baik. (R)