Bandung (buseronline.com) – Bagi dunia pelajar ataupun sekadar orang yang ingin tahu bagaimana keseruan Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka, membaca buku “Rihlah di Bumi Pasundan” karya Soni Putra Sakti adalah pilihan yang tepat.
Ketika membaca buku karya Soni, pembaca dapat langsung memahami apa yang dialami oleh para mahasiswa dalam mengikuti Modul Nusantara. Gaya bahasa yang ringan dan percakapan sehari-hari membuat buku ini mudah dicerna oleh berbagai kalangan.
Sesuai dengan pesan Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Sri Suning Kusumawardani, saat melepas ribuan mahasiswa peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Angkatan 4 pada awal Februari lalu bahwa antusiasme yang tinggi dari mahasiswa terjadi karena banyaknya cerita baik dan dampak dari pembelajaran yang inovatif yang berfokus pada minat mereka.
“Rihlah di Bumi Pasundan” merupakan pengemasan cerita petualangan mahasiswa peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Angkatan 3 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat.
Soni Putra Sakti, atau biasa disapa Soni, sebagai penulis buku meringkas kesan tentang bagaimana mahasiswa dari seluruh nusantara merasakan tantangan, keberagaman, dan toleransi dalam satu waktu. Kata rihlah diambil dari bahasa Arab yang berarti perjalanan.
Buku ini membagi cerita berkesan dari 18 kelompok, serta penjelasan mengenai filosofi nama-nama kelompok, serta keseruan rangkaian kegiatan PMM Angkatan 3.
Soni yang bercita-cita menjadi penulis buku, terinspirasi dari pengalaman yang ia alami sendiri bersama teman-teman satu angkatannya. Buku ini menceritakan pengalaman mahasiswa dalam mengenal wisata, budaya, dan keanekaragaman selama mengikuti pertukaran mahasiswa merdeka.
Dalam menulis buku, Soni didukung penuh oleh teman satu angkatan PMM. “Buku ini mengisahkan perjalanan serta petualangan kami peserta PMM 3 inbound UPI di kota yang dijuluki bumi pasundan,” ungkapnya.
Melalui buku ini, Soni ingin menyampaikan bahwa tujuan utama program ini adalah untuk meningkatkan potensi para mahasiswa untuk terus berkarya dan berkreasi. “Semoga mahasiswa khususnya peserta PMM 4 yang saat ini sedang berjalan dapat terinspirasi dan termotivasi untuk berkarya serta berkreasi,” harap Soni.
Buku “Rihlah di Bumi Pasundan” menjadi saksi bahwa perjalanan merupakan cara untuk memahami budaya dan lingkungan sekitar. Melalui pengalaman langsung, mahasiswa dapat merasakan keunikan setiap tempat, bertemu dengan orang-orang lokal, dan menjelajahi tradisi serta kehidupan sehari-hari yang berbeda dari keseharian.
“Ini membuka pikiran kita untuk menghargai keanekaragaman dunia dan memperluas pemahaman tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Maknanya pengalaman tidak akan ada tanpa adanya perjalanan, dan pengalaman itu sangatlah berharga,” ujar Soni.
Soni berharap pembaca dapat membuka pikiran dan hati terhadap keberagaman dan keindahan budaya di seluruh dunia. “Semoga buku ini dapat menginspirasi mereka untuk menjelajahi dunia dengan rasa ingin tahu yang lebih dalam untuk memperkaya pemahaman mereka tentang hubungan antara manusia dan lingkungan tempat kita tinggal,” ucap Soni yang berencana akan menulis cerita pendek yang berjudul Khidmah di Desa Jadi Mulya. (R)