Sergai (buseronline.com) – Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sergai dalam mengentaskan permasalahan stunting mulai menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan.
Hal ini terlihat dari rilis data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 yang menunjukkan penurunan prevalensi stunting yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Wakil Bupati Sergai H Adlin Tambunan di Kantor Bupati Sergai, Seirampah menyampaikan, pencapaian ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil kerja Pemkab Sergai dan kolaborasi berbagai pihak terkait dalam mengatasi masalah gizi buruk pada anak.
“Syukur alhamdullilah, angka prevalensi stunting di Kabupaten Sergai mengalami penurunan yang sangat drastis. Pembandingnya adalah data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 di mana persentase stunting kita ada di angka 21.1%. Sedangkan hasil terbaru, yaitu SKI tahun 2023, menunjukkan penurunan yang besar di angka 14.4% atau sebanyak 6,7%,” terang Adlin Tambunan yang juga merupakan Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Sergai didampingi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Rusmiani Purba selaku Wakil Ketua TPPS Sergai.
Adlin menyebut capaian ini merupakan prestasi yang sangat penting, karena Kabupaten Sergai berada pada peringkat kedelapan kabupaten/kota dengan angka stunting terendah se Provinsi Sumut.
Capaian ini, sambungnya, melampaui target daerah tahun 2023 yaitu 18%. Sedangkan Kabupaten Sergai sendiri dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun hingga 14% pada tahun 2024 ini.
“Untuk tahun 2025, kita menargetkan stunting bisa menyusut hingga 12% dan hingga akhir periode RPJMD yaitu tahun 2026, angka stunting ditargetkan hanya pada angka 10%,” katanya.
Adlin memaparkan ada berbagai macam upaya percepatan pencegahan dan penanggulangan stunting yang telah dilakukan di Sergai. Upaya tersebut, sebutnya, dengan mencari dan menangani penyebab langsung dan penyebab tidak langsung yang dilakukan melalui pendekatan komprehensif.
“Pendekatan tersebut dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi spesifik dilakukan dengan menciptakan kondisi lingkungan yang sehat serta memberikan pembelajaran kepada masyarakat tentang bagaimana mencegah stunting. Sedangkan intervensi sensitif yaitu dengan menyentuh secara langsung sasaran seperti ibu hamil dan balita gizi buruk, gizi kurang, dan balita stunting,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan banyak program konvergensi yang telah dilakukan oleh Pemkab Sergai untuk menurunkan angka stunting yang melibatkan lintas sektoral bahkan swasta lewat mekanisme CSR.
“Pemkab Sergai mengimplementasikan beberapa program, di antaranya “Dashat” (Dapur Sehat Atasi Stunting), program pembinaan pranikah, pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri, pemberian ASI ekslusif, dan lain sebagainya,” tambahnya.
Adlin menyadari jika upaya percepatan pencegahan stunting memang penuh tantangan jika dihadapkan dengan kondisi objektif yang terjadi di masyarakat.
“Namun, kita tetap optimis bahwa segala bentuk intervensi yang sudah dilakukan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, manfaatnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Dan ini sudah dibuktikan dengan penurunan prevalensi stunting di Sergai,” tegasnya. (R)