25 C
Medan
Jumat, November 22, 2024

BPOM Tampil dalam Green Economy Expo 2024: Fokus pada Pengurangan Food Loss dan Waste

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – BPOM berperan aktif dalam Green Economy Expo 2024 (GEE2024), yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Jakarta Convention Center (JCC).

Acara ini, yang telah dimulai sejak 3 Juli, bertujuan untuk mempercepat penerapan ekonomi hijau melalui pengembangan ekosistem ekonomi sirkular serta menjembatani kolaborasi antara pemerintah dan sektor non-pemerintah dalam upaya mencapai target Net Zero Emission.

Sebagai bagian dari acara ini, BPOM berpartisipasi dalam sebuah talk show yang mengangkat tema “Circular Talk: Improving Food Value Chain and Efficiency to Avoid Food Loss and Waste”.

Diskusi ini berfokus pada pengelolaan food loss and waste (FLW), yang mencakup tantangan serta solusi dalam mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan di berbagai tahap rantai pasokan makanan.

Talk show dibuka dengan sambutan oleh Oliver Hoppe, Counselor Development for Corporation dari Kedutaan Jerman di Jakarta Rajendra Aryal, Country Director FAO untuk Indonesia dan Timor Leste serta Nyoto Suwignyo, Deputi 2 Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi dari Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Acara ini melibatkan berbagai pihak, termasuk kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sektor swasta, asosiasi, praktisi, mitra pembangunan, pelajar, dan media, yang turut ambil bagian dalam pembahasan topik ini.

Pembicara utama dalam talk show meliputi Ema Setyawati, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Agnes A Mallipu, Direktur The Global Alliance for Improved Nutrition, Eva Bachtiar, CEO Garda Pangan, Lucia Karina, Wakil Ketua Umum Bidang Wisata Berkelanjutan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI); serta Ni Nyoman Tri Puspaningsih, Wakil Rektor Bidang Riset Inovasi dan Community Development.

Diskusi dipandu Prita Laura, moderator dari Kantor Staf Presiden. Oliver Hoppe menjelaskan strategi Jerman dalam menangani masalah food waste yang telah diterapkan sejak 2019. Jerman menargetkan pengurangan food waste sebesar 30%-50% pada tahun 2030.

Strategi ini melibatkan berbagai stakeholder dari tahap produksi hingga konsumsi, promosi kesadaran publik tentang pentingnya pengelolaan sampah makanan, penerapan teknologi baru, serta pengawasan yang berkelanjutan dan penyesuaian kebijakan.

Upaya ini bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dari pemborosan pangan dan meningkatkan efisiensi dalam rantai pasokan makanan.

Rajendra Aryal dari FAO menggarisbawahi bahwa permasalahan FLW merupakan tantangan global yang harus ditangani dengan serius. Ia menegaskan pentingnya mengintegrasikan isu FLW dalam rencana pembangunan jangka menengah dan panjang Indonesia.

Aryal juga menyatakan dukungan FAO terhadap upaya pemerintah Indonesia dalam mengatasi masalah ini dan memastikan bahwa FLW menjadi prioritas utama dalam kebijakan pembangunan nasional.

Nyoto Suwignyo dari Bapanas memaparkan Gerakan Selamatkan Pangan, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk mengurangi pemborosan pangan melalui platform kolaboratif yang melibatkan penyediaan makanan dan food-hub untuk mendonasikan pangan berlebih kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk tidak hanya mengejar kemajuan ekonomi dan industri, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.

Dalam sesi talk show, Ema Setyawati dari BPOM menjelaskan perbedaan antara food loss dan food waste. Food loss terjadi selama proses pemanenan dan pengolahan, sedangkan food waste terjadi pada tahap distribusi, penjualan, dan konsumsi.

Ema menekankan pentingnya pengawasan penuh terhadap pangan olahan serta penerapan standar keamanan pangan di Indonesia untuk mencegah terjadinya FLW.

Ia juga mendorong perlunya integrasi antara manajemen keamanan pangan dan keberlanjutannya, serta memperkuat kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat untuk mengembangkan solusi yang efektif dan berkelanjutan dalam setiap tahapan rantai nilai pangan.

Ema menutup diskusi dengan menekankan pentingnya aksi nyata bersama untuk menghindari FLW dan memastikan bahwa setiap pihak berkomitmen dalam upaya pengurangan pemborosan pangan. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru