26 C
Medan
Jumat, November 22, 2024

Konsumsi Antibiotik Harus Sesuai Indikasi Medis, Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman Serius

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Penggunaan antibiotik yang tidak tepat waktu dan tidak sesuai dengan indikasi medis dapat menyebabkan resistensi antimikroba atau Antimicrobial Resistance (AMR), yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.

Hal ini disampaikan Wakil Menteri Kesehatan RI Prof dr Dante Saksono Harbuwono dalam acara “Navigating Antimicrobial Stewardship in Indonesia and Diabetic Foot Ulcer (DFU) Infections Management”, seperti dilansir dari Sehat Negeriku.

Prof Dante mengungkapkan bahwa resistensi antimikroba telah menjadi pandemi tersembunyi. Data global pada tahun 2019 menunjukkan bahwa 1,2 juta orang meninggal dunia akibat infeksi bakteri yang resisten terhadap antimikroba.

Lebih lanjut, sebuah studi memperkirakan bahwa tanpa pengendalian yang efektif, jumlah kematian akibat AMR bisa mencapai 10 juta per tahun pada 2050.

“Inilah mengapa AMR disebut sebagai silent pandemic,” ujar Dante dalam sambutannya di rumah dinas Duta Besar Swedia di Jakarta.

Prof Dante menyoroti situasi di Indonesia yang tidak kalah memprihatinkan, dengan lebih dari 400 ribu orang meninggal akibat sepsis pada tahun 2023, di mana 34 ribu di antaranya disebabkan oleh resistensi antimikroba.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) online, 25 persen kematian akibat sepsis terjadi pada pasien rawat inap, dengan Provinsi Jawa Timur mencatatkan jumlah kasus tertinggi.

Untuk mengatasi ancaman ini, Kementerian Kesehatan RI mendorong penerapan penatagunaan antimikroba atau antimicrobial stewardship sebagai prinsip utama dalam mencegah infeksi dan penggunaan antimikroba yang bijaksana.

Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah GeMa CerMat (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat), yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat yang benar.

“Perjuangan melawan resistensi antimikroba bukan hanya tantangan ilmiah atau medis, tetapi juga tanggung jawab bersama,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya pendekatan One Health dan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta dan masyarakat, untuk memastikan penggunaan antimikroba yang bijak dan melindungi kesehatan generasi masa depan.

Dengan kerjasama lintas sektor dan pendekatan yang komprehensif, diharapkan ancaman resistensi antimikroba dapat ditekan sehingga efektivitas penggunaan antimikroba dapat terus dijaga. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru