Jakarta (buseronline.com) – Kemenkes RI mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan virus Mpox (MPXV). Virus ini dapat menyebar melalui kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit dari orang yang terinfeksi, serta melalui droplet yang memerlukan kontak erat dan lama.
Plh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr Yudhi Pramono MARS menekankan pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga perilaku seksual yang aman.
“Masyarakat diimbau untuk tidak bergonta-ganti pasangan dan menghindari perilaku seks sesama jenis,” kata Yudhi dalam pernyataan di Jakarta.
Gejala utama yang dilaporkan pada kasus konfirmasi Mpox di Indonesia antara lain lesi kulit, demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati). Menurut laporan “Technical Report Mpox di Indonesia Tahun 2023” yang diterbitkan oleh Kemenkes, durasi kesembuhan pasien bervariasi antara 2 hingga 4 minggu.
Untuk mengatasi penyebaran virus, Kemenkes telah menyediakan vaksin dan obat-obatan yang diperlukan, serta melaksanakan vaksinasi bagi kelompok berisiko tinggi pada tahun 2023. Pada tahun ini, Kemenkes tengah mempersiapkan 4.450 dosis vaksin yang ditargetkan untuk 2.225 individu dengan dua dosis per orang.
Merespons status darurat kesehatan global yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 14 Agustus 2024 terkait peningkatan kasus Mpox di Republik Demokratik Kongo dan negara-negara Afrika lainnya, Kemenkes juga mengimbau pelaku perjalanan untuk berhati-hati. “Hindari bepergian ke luar negeri, terutama ke negara-negara yang terjangkit,” ujar Yudhi.
Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan, dr Achmad Farchanny Tri Adryanto MKM menambahkan bahwa meskipun tidak ada pembatasan perjalanan resmi, pelaku perjalanan dari Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta menjaga perilaku seksual yang aman.
Hingga 30 Juni 2024, WHO mencatat 99.176 kasus konfirmasi Mpox secara global, termasuk 208 kematian. Kasus tertinggi dilaporkan di Republik Demokratik Kongo, yang menyumbang 96% dari total kasus di Afrika.
Selain itu, dalam laporan terbaru WHO pada 15 Agustus 2024, Swedia menjadi negara pertama di luar Afrika yang melaporkan kasus Mpox jenis Clade Ib pada individu dengan riwayat perjalanan ke Afrika Tengah. Clade I diketahui lebih parah dan menular dibandingkan dengan Clade II.
Dengan meningkatnya risiko penularan, masyarakat Indonesia diimbau untuk tetap waspada dan menjaga kesehatan diri serta lingkungan. (R)