24 C
Medan
Jumat, September 13, 2024

Kemenkes dan WHO Luncurkan Strategi Nasional Pengendalian Resistansi Antimikroba 2025-2029

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Kemenkes RI bersama World Health Organization (WHO) meluncurkan Strategi Nasional (Stranas) Pengendalian Resistansi Antimikroba untuk periode 2025-2029.

Acara ini diadakan di Hotel JW Marriott, Jakarta, sebagai upaya untuk menekan angka kematian akibat resistansi antimikroba (AMR), yang diperkirakan dapat mencapai 10 juta jiwa pada tahun 2050 jika tidak ditangani secara serius.

Wakil Menteri Kesehatan RI Prof dr Dante Saksono Harbuwono menyatakan bahwa peluncuran strategi nasional ini adalah momen penting bagi Indonesia untuk belajar dari pengalaman masa lalu dalam upaya mencegah resistansi antimikroba.

“Stranas ini dibangun dengan empat pilar utama, yaitu pencegahan penyakit infeksi, akses terhadap layanan kesehatan esensial, diagnosis tepat waktu dan akurat, serta pengobatan yang tepat dan berkualitas,” ujar Prof Dante.

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, dr Azhar Jaya mengungkapkan bahwa pada tahun 2019, secara global, resistansi antimikroba telah menyebabkan 1,27 juta kematian. Jumlah ini diproyeksikan akan meningkat hingga 10 juta kematian pada tahun 2050.

“Kalau ini tidak kita handle dengan baik, tentu saja akan menimbulkan permasalahan, terutama di negara kita (Indonesia),” tegas dr Azhar.

Stranas Pengendalian Resistansi Antimikroba ini disusun dengan tiga landasan utama: tata kelola yang efektif, informasi strategis yang memadai, dan sistem evaluasi eksternal yang kuat.

Stranas ini juga mencakup 14 intervensi utama yang akan menjadi dasar penyusunan rencana aksi nasional lintas sektor untuk periode 2025-2029.

Plt Team Lead untuk Sistem Kesehatan WHO, Prof Roderick Salenga menegaskan bahwa pendekatan dalam Stranas ini berfokus pada orientasi manusia, sesuai dengan prinsip WHO.

“Pendekatan ini akan menjawab hambatan-hambatan yang dihadapi masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan untuk mencegah, mendiagnosis, dan mengobati infeksi, termasuk yang resistan terhadap obat,” jelas Prof Salenga.

Ia juga berharap bahwa kepemimpinan Indonesia akan terus menginspirasi tidak hanya kesadaran, tetapi juga tindakan nyata dalam menghadapi tantangan global ini.

Dengan peluncuran strategi ini, Indonesia diharapkan dapat lebih siap dan terarah dalam mengatasi resistansi antimikroba yang semakin menjadi ancaman kesehatan global. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru