Jakarta (buseronline.com) – Inflasi Indonesia pada September 2024 tercatat stabil di level 1,84% (yoy), lebih rendah dari 2,12% pada Agustus 2024. Capaian ini mencerminkan keberhasilan langkah-langkah pemerintah, seperti operasi pasar murah dan penyaluran bantuan pangan, dalam menjaga stabilitas harga, terutama untuk komoditas pangan.
Deflasi month-to-month terjadi karena penurunan harga komponen bergejolak, dengan deflasi sebesar 1,34% (mtm), serta penurunan harga BBM. Musim panen yang masih berlangsung di beberapa daerah turut mendorong penurunan harga komoditas seperti cabai, telur, dan tomat. Secara tahunan, komponen harga bergejolak tetap mengalami inflasi 1,43%, berada di bawah 5%.
Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat menjadi 120,30, mencerminkan daya beli petani yang terjaga. Kenaikan signifikan terjadi pada subsektor perkebunan rakyat, terutama untuk kelapa sawit, kopi, dan karet, seiring dengan tren harga global yang meningkat.
Komponen inti mencatat inflasi 0,16% (mtm) atau 2,09% (yoy), dipengaruhi oleh kenaikan harga kopi dan biaya pendidikan seiring tahun ajaran baru. Sementara itu, harga diatur pemerintah mengalami deflasi 0,04% (mtm) dan inflasi 1,40% (yoy), terutama karena penurunan harga bensin.
Rating and Investment Information, Inc. (R&I) menegaskan peringkat Sovereign Credit Rating Indonesia di level BBB+ dengan outlook positif, menunjukkan kepercayaan internasional terhadap prospek ekonomi Indonesia yang diproyeksikan tumbuh 5,0%-5,2% di 2024. Meskipun tantangan pelambatan ekonomi global ada, Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia menunjukkan peningkatan ke level 49,2, lebih baik dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Pemerintah berkomitmen menjaga pasokan pangan, stabilitas harga, dan mendukung pemulihan sektor vital seperti industri manufaktur, konstruksi, dan pertanian, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (R)