26 C
Medan
Jumat, November 22, 2024

Science Film Festival ke-15 Soroti Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Science Film Festival kembali hadir di Indonesia dalam edisi ke-15, menjangkau siswa-siswi SD hingga SMA di 100 kabupaten/kota secara hibrida mulai 15 Oktober hingga 30 November 2024. Tahun ini, festival yang diinisiasi oleh Goethe-Institut mengangkat tema “Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular” melalui film-film internasional dan sejumlah eksperimen sains yang menyenangkan.

Festival ini didukung oleh berbagai mitra utama, termasuk Kemendikbudristek, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, Rolls-Royce, Universitas Paramadina, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Kristen Satya Wacana.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengungkapkan bahwa tema tahun ini sangat mencerminkan pentingnya budaya di zaman kita. Menurutnya, mengatasi perubahan iklim dan menerapkan praktik berkelanjutan bukan hanya tantangan ilmiah atau ekonomi, tetapi juga budaya.

“Nilai-nilai dan praktik budaya kita membentuk cara kita berinteraksi dengan lingkungan dan satu sama lain. Dengan mempromosikan prinsip-prinsip emisi nol bersih dan ekonomi sirkular, kami menganjurkan perubahan budaya menuju keberlanjutan, tanggung jawab, dan pengelolaan planet kita,” ujarnya dalam kesempatan terpisah di Jakarta, Selasa.

Hilmar menambahkan bahwa fokus ekonomi sirkular pada penggunaan kembali, perbaikan, dan daur ulang sejalan dengan praktik budaya tradisional yang menghormati alam. “Melalui media film yang kuat, festival ini menyoroti titik temu antara budaya dan keberlanjutan, menginspirasi kita untuk memikirkan kembali kebiasaan kita dan menerapkan gaya hidup yang lebih berkelanjutan,” tuturnya.

Di Indonesia, festival ini akan memutar 15 film dari 8 negara, antara lain Jerman, Australia, Italia, Thailand, Chili, Brasil, Belanda, dan Kolombia, serta diikuti 6 eksperimen sains terkait. Film-film tersebut dijadwalkan diputar secara bergantian di sekolah-sekolah, universitas, pusat sains, dan komunitas, baik secara luring maupun daring via Zoom, menjangkau berbagai kota seperti Ambon, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta.

Tema tahun ini menegaskan kebutuhan mendesak akan aksi lingkungan yang lebih dari sekadar menurunkan emisi gas rumah kaca. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan emisi CO2 saja tidak cukup untuk menghentikan perubahan iklim. Transisi cepat menuju emisi nol bersih karbon mutlak diperlukan untuk memenuhi target-target dalam Persetujuan Paris tentang Iklim.

Ekonomi sirkular berkonsep penggunaan kembali, penyewaan, dan daur ulang barang, berfungsi untuk memperlambat hilangnya sumber daya alam dan membantu pelestarian keanekaragaman hayati.

Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Constanze Michel, menyatakan bahwa festival ini mengangkat karya film internasional yang menyoroti pentingnya konsep nol bersih dan ekonomi sirkular untuk mengatasi tantangan akibat krisis iklim. “Kami percaya, sains bisa menjadi sesuatu yang seru dan menyenangkan. Melalui film-film bertopik ilmiah dari berbagai negara, kami ingin memantik kreativitas dan inspirasi anak dan remaja di Indonesia,” katanya saat pembukaan festival.

Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, Ina Lepel, menekankan bahwa tema festival tahun ini sangat relevan dengan perkembangan terkini. Ia menekankan pentingnya inovasi ilmiah dalam mencapai visi masa depan yang berkelanjutan.

Lebih dari 250 siswa menyaksikan pemutaran tiga film saat pembukaan festival di Plaza Insan Berprestasi, Kemendikbudristek, Jakarta. Film-film yang ditayangkan meliputi Nine-and-a-half: Hydrogen – The Green Energy of the Future?, Raffi, dan How Bicycle Tires and Inner Tubes are Made: The Path of a Schwalbe Tyre.

Setelah pemutaran film, para siswa berpartisipasi dalam eksperimen sains bernama “Sentripetal dalam Gelas”, di mana mereka ditantang untuk memindahkan bola pingpong tanpa terjatuh. Eksperimen ini mengajarkan konsep gaya sentripetal yang berperan penting dalam berbagai fenomena alam.

Sejak diluncurkan di Thailand pada tahun 2005, Science Film Festival telah berkembang menjadi yang terbesar di dunia untuk jenisnya, dengan sekitar 860.000 penonton di 21 negara pada edisi tahun 2023, termasuk 122.066 penonton di Indonesia. Festival tahun ini diselenggarakan secara internasional di 23 negara dari 1 Oktober hingga 20 Desember.

Science Film Festival merupakan perayaan komunikasi sains yang bertujuan mempromosikan literasi sains dan kesadaran akan isu-isu ilmiah, teknologi, dan lingkungan. Bekerjasama dengan mitra lokal, festival ini menyajikan isu-isu ilmiah yang mudah diakses dan menghibur, menunjukkan bahwa sains bisa menyenangkan. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru