Jakarta (buseronline.com) – Stroke menjadi salah satu penyakit yang mengancam jiwa dengan dampak yang sangat serius. Dalam setiap menit serangan stroke terjadi, sekitar 1,9 juta sel otak dapat mati. Menurut data, stroke adalah penyebab utama disabilitas dan kematian nomor dua di dunia.
Di Indonesia, stroke menyumbang 11,2% dari total kecacatan dan 18,5% dari total kematian, menjadikannya masalah kesehatan yang sangat serius.
Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan bahwa prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. Stroke juga tergolong sebagai penyakit katastropik dengan pembiayaan tertinggi ketiga, setelah penyakit jantung dan kanker, mencapai Rp5,2 triliun pada tahun 2023.
Dalam acara media briefing yang diselenggarakan pada Hari Stroke Sedunia, Jumat (25/10/2024), Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) dr Yudhi Pramono menjelaskan bahwa 90% kasus stroke dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dislipidemia, dan kurangnya aktivitas fisik.
Ia menegaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari selama lima hari dalam seminggu, yang dapat mengurangi risiko stroke hingga 25%.
Kemenkes berkomitmen meningkatkan deteksi dini dislipidemia pada pasien diabetes melitus dan hipertensi dengan target mencapai 90% atau sekitar 10,5 juta penduduk pada tahun 2024. Namun, capaian deteksi dini stroke saat ini baru mencapai 11,3% dari target.
Dr Elina Widiastuti dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) menyatakan bahwa aktivitas fisik sangat penting dalam pencegahan stroke.
Ia menjelaskan bahwa aktivitas fisik tidak hanya meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah, tetapi juga dapat mengurangi stres, meningkatkan fungsi kognitif, dan menurunkan risiko cedera pada orang lanjut usia.
Untuk mencegah risiko stroke, Dr Elina merekomendasikan tiga jenis aktivitas fisik:
1. Aktivitas Aerobik: Berjalan, berlari, bersepeda, atau berenang selama 150-300 menit per minggu, 3-5 kali.
2. Aktivitas Penguatan Otot: Seperti gym, yoga, atau pilates, 2-3 kali seminggu.
3. Mengurangi Aktivitas Sedentari: Batasi waktu duduk dan perbanyak berdiri dalam aktivitas sehari-hari.
Dr Dodik Tugasworo dari Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni) mengingatkan bahwa stroke tidak hanya menyerang orang tua, tetapi juga dapat terjadi pada usia produktif.
Ia menjelaskan tanda dan gejala stroke dengan slogan SeGeRa Ke RS: Senyum tidak simetris, Gerak tubuh melemah, Bicara pelo, Kebas, Rabun, serta Sakit kepala hebat.
Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan menerapkan 3O + 1D (Olahraga, Olah seni, Olah jiwa, Diet) dan CERDIK (Cek kesehatan, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres). Kemenkes juga melakukan transformasi kesehatan untuk meningkatkan layanan deteksi dini stroke.
Dengan tema “Ayo Melangkah Kalahkan Stroke Mulai dari Diri Sendiri,” Kemenkes mengajak masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam kampanye pencegahan stroke melalui peningkatan aktivitas fisik. (R)