24 C
Medan
Kamis, Oktober 31, 2024

Upaya Kemenkes Hapus Stigma Kesehatan Jiwa

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Stigma mengenai kesehatan jiwa, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan stres, masih menjadi tantangan di masyarakat Indonesia. Tak jarang, masalah kesehatan jiwa ini dikaitkan dengan rendahnya keimanan atau dianggap sebagai tanda ketidakmampuan bekerja.

Kondisi ini kerap membuat penderita kesehatan jiwa enggan mencari bantuan karena takut menghadapi stigma negatif dari lingkungan sekitar.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dampak stigma dan diskriminasi terhadap penderita kesehatan jiwa tidak hanya memperburuk kondisi mereka tetapi juga menghambat proses pemulihan.

Menanggapi masalah ini, Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, dr Imran Pambudi MPHM, memaparkan tiga langkah strategis untuk mengatasi stigma yang menghambat penanganan kesehatan jiwa di Indonesia.

“WHO menganjurkan beberapa langkah untuk memerangi stigma dan diskriminasi ini. Langkah-langkah ini dijelaskan dalam World Mental Health Report: Transforming Mental Health for All, yang diterbitkan WHO pada 2022,” ujar Imran di Jakarta, Selasa (29/10/2024).

Imran menyampaikan bahwa langkah pertama adalah strategi edukasi atau education strategies untuk meluruskan berbagai mitos dan kesalahpahaman mengenai kesehatan jiwa.

Hal ini termasuk kampanye literasi dan peningkatan kesadaran masyarakat serta pelatihan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat umum.

Langkah kedua adalah strategi kontak atau contact strategies yang mendorong interaksi langsung masyarakat dengan penderita kesehatan jiwa.

“Strategi ini mencakup kontak sosial secara langsung, simulasi, atau melalui media online,” tambah Imran.

Strategi ini juga mencakup dukungan sebaya yang dilakukan oleh penyintas atau tenaga kesehatan kepada para penderita.

Langkah ketiga adalah strategi aksi atau protest strategies, yang bertujuan untuk menolak stigma dan diskriminasi secara formal melalui aksi demonstrasi, petisi, atau kampanye advokasi publik.

Dalam praktiknya, WHO mencatat bahwa strategi kontak sosial adalah intervensi paling efektif untuk meningkatkan sikap positif terhadap kesehatan jiwa.

Di Inggris, misalnya, kampanye Time to Change berhasil mengubah sikap publik melalui acara-acara komunitas dan penghargaan kepada penyintas.

Sementara di Australia, organisasi Beyond Blue melaksanakan program literasi kesehatan jiwa yang berfokus pada dukungan untuk penderita depresi dan kecemasan.

Selain itu, di Kanada, kampanye Opening Minds dari Mental Health Commission of Canada (MHCC) secara efektif mengurangi stigma melalui edukasi berbasis kontak yang menonjolkan cerita harapan dan kesembuhan.

Imran menegaskan bahwa strategi berbasis kontak, baik melalui interaksi langsung maupun kampanye digital, merupakan cara yang paling berhasil menurunkan stigma terhadap kesehatan jiwa di masyarakat.

“Upaya ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa kesehatan jiwa dipandang sebagai bagian integral dari kesehatan secara menyeluruh,” tutup Imran. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru