Tarutung (buseronline.com) – Debat perdana antar kandidat Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024 yang digagas Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) berlangsung alot di Gedung Sopo Nommensen, Komplek Perkantoran Pusat HKBP di Pearaja, Tarutung, Jumat.
Hal itu terlihat saat sesi tanya jawab antar pasangan calon Bupati Taput, Satika Simamora dengan Jonius Taripar Parsaoran (JTP) Hutabarat soal penggunaan anggaran bagi kelompok penenun ulos. Dikatakan JTP bahwa selama menjabat Ketua Dekranasda Taput sepuluh tahun, Satika Simamora tidak memaksimalkan anggaran untuk sektor tersebut. Malah disindirnya ada Rp1 M setiap tahun dari anggaran dimaksud digunakan untuk perjalanan dinas dan sebatas pameran-pameran saja.
“Kami juga mendengar para penenun masih mengeluhkan harga yang masih rendah dan banyak motif tenun yang sudah “dicuri” daerah lain sehingga merugikan para penenun dan itu membuat mereka kecewa,” ujar JTP Hutabarat.
“Kami juga telah melakukan berapa hal terkait ini, bahkan saya mengelola beberapa penenun sekarang ini yang mana dibawah naungan Dekranasda. Mereka bercerita dan saya lihat anggaran yang ada banyak perjalanan dinas dan pameran-pameran yang menurut kami tidak berdampak kepada penenun,” sambung mantan anggota DPRD Sumut ini.
Merespon ini, Satika Simamora justru menyindir JTP yang disebutnya tidak memahami tentang ulos, sehingga selalu berbicara hoaks tanpa bukti.
“Pak JTP, anda saja tidak sering pakai tenun ulos. Saya sendiri setiap hari selalu memakai tenun ulos. Bapak itu calon pemimpin lho, jangan selalu bicara hoaks. Apa isi dari dana itu, apakah itu untuk pembelian benang dan memang itu dananya untuk pembelian benang untuk semua penenun di Tapanuli Utara yang berjumlah 11 ribu orang. Coba dihitung nilai itu dengan benang yang kami bagikan sebelumnya,” terang istri mantan Bupati Taput dua periode, Nikson Nababan ini.
Hal kedua, sebut Satika, lewat anggaran tersebut kerap ia pergunakan untuk mempromosikan ulos khas Taput ke tingkat nasional bahkan mancanegara.
“Kenapa saya harus mempromosikan ulos ini, saya mau buat ulos itu sejajar dengan tenun batik dan tenun Palembang. Menurut saya, seorang pemimpin itu ada baiknya bicara dengan data dan fakta. Kita harus berbicara mulai dari diri sendiri,” kata ibu dua anak tersebut.
Satika Simamora lebih lanjut menerangkan kalau orang Batak tidak perlu lagi dipromosikan ulos karena dari mulai lahir, menikah dan meninggal dunia sudah memakai ulos. Ia justru mempertanyakan kecintaan JTP Hutabarat akan ulos sebagai calon pemimpin di Kabupaten Taput.
“Jangan sekarang Anda seakan peduli terhadap ulos. Terbukti sekarang di Jakarta semua orang Batak senang menggunakan ulos setiap pesta adat dan acara lainnya. Kalau dulu mereka memakai songket dan batik dari Palembang tapi sekarang ulos sudah sejajar dengan batik dan kain songket,” ujar dia yang disambut riuh tepuk tangan massa pendukungnya.
Tenun ulos asal Taput, sebut Satika juga sudah sering menjadi juara satu tingkat nasional. Karena itu, ia meminta agar JTP mempelajari lebih banyak lagi tentang ulos dan manfaatnya.
“Karena itu, bapak jangan hanya mendengar dari satu pihak penenun karena itu pendukungnya bapak, lantas bapak mendengar katanya, katanya, katanya. Tidak mungkin dari 11 ribu penenun itu mengeluh semua,” pungkas Satika Simamora.
Debat kandidat perdana ini turut dirangkai dengan pemaparan visi misi dan program kerja dari paslon nomor urut 1, Satika Simamora dan Sarlandy Hutabarat, serta Paslon nomor urut 2, JTP Hutabarat dan Deni Parlindungan Lumbantoruan. Kedua kandidat terlihat bergantian memaparkan konsep strategi dan gagasan untuk membangun Kabupaten Tapanuli Utara lima tahun mendatang.
Turut hadir Ketua KPU Kabupaten Taput, Suwardy Pasaribu didampingi para komisioner yakni Symtoy S Manullang, Chandra Panggabean, dan Evy Regina Marpaung. Hadir pula unsur Forkopimda Taput seperti Kapolres AKBP Ernis Sitinjak, para pimpinan organisasi perangkat daerah, Sekretaris KPU Taput, Erifan Manullang, serta jajaran Bawaslu Taput. (T1)