29 C
Medan
Kamis, November 21, 2024

Transformasi Digital Kesehatan, Wamenkes Pastikan Semua Terjangkau

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Wakil Menteri Kesehatan Prof Dante Saksono Harbuwono menegaskan pentingnya inklusivitas dalam transformasi digital di sektor kesehatan, dalam sambutannya pada acara UNDP Indonesia Policy Volume bertema Bright Prospect, Lingering Shadows: Toward an Inclusive Digital Transformation in Indonesia, di Gedung Tri Brata, Jakarta, Senin.

Prof Dante menekankan bahwa langkah menuju Indonesia Sehat bergantung pada konektivitas dan integrasi data yang merata.

“Dengan memfasilitasi konektivitas, integrasi data, dan layanan kesehatan yang dapat diakses secara nasional, kita berjuang merealisasikan visi Indonesia sehat untuk mendukung pilar keenam transformasi kesehatan, yaitu transformasi teknologi kesehatan,” ujar Prof Dante.

Sebagai upaya mewujudkan visi tersebut, Kemenkes telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1568/2024 tentang Sistem Monitoring Inventaris Logistik Kesehatan secara Elektronik. Prof Dante berharap kegiatan yang diselenggarakan UNDP ini mampu memberikan masukan bagi Kemenkes untuk memperkuat kebijakan digitalisasi yang inklusif.

Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura, menyebut tiga tantangan utama dalam transformasi digital di Indonesia: kesenjangan digital, standar etika, dan polarisasi.

Menurutnya, digitalisasi dapat menghubungkan kebijakan dengan masyarakat luas. “Perlu mengatasi kesenjangan digital, memperkuat standar etika, dan melawan polarisasi dengan memanfaatkan transformasi digital bagi seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Norimasa.

Norimasa juga menyoroti empat isu terkait kesenjangan digital di Indonesia :

Pertama, perbedaan akses digital antarwilayah; pengguna internet di Jakarta mencapai 84,7%, sedangkan di Papua hanya 26,5%.

Kedua, kesenjangan gender dan usia; meski kesenjangan akses internet antara laki-laki dan perempuan berkurang, perempuan lanjut usia di pedesaan masih kesulitan.

Ketiga, risiko disinformasi; sekitar 82 juta orang di Indonesia rentan terhadap propaganda digital.

Keempat, polarisasi digital yang memperdalam ruang gema di dunia maya.

Prof Dante menyambut baik masukan ini dan menegaskan bahwa inklusivitas adalah kunci keberhasilan transformasi digital.

“Bersama-sama kita dapat menjembatani kesenjangan digital, menjunjung tinggi standar etika, dan mengatasi polarisasi sosial, memastikan manfaat transformasi digital dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia,” tutupnya. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru