Medan (buseronline.com) – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus mengedepankan literasi sebagai solusi strategis untuk mencegah dan menangani kekerasan di lingkungan pendidikan.
Dalam acara bertajuk Peningkatan Literasi Kesetaraan untuk Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan yang digelar di Medan, Jumat, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan pentingnya membangun kesadaran sosial melalui penguatan literasi.
“Kekerasan merupakan masalah yang sangat penting. Kuncinya adalah bagaimana kita membangun kesadaran sosial dan peradaban baru yang berfondasi pada literasi,” ujar Abdul Mu’ti.
Program ini merupakan kolaborasi antara Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kemendikdasmen, dan organisasi Nasyiatul Aisyiyah.
Fokus kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman literasi tidak hanya sebagai kemampuan membaca, tetapi juga memahami makna, pendidikan nilai, dan penyelesaian konflik tanpa kekerasan.
Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti melaporkan data yang menunjukkan tren kekerasan di satuan pendidikan semakin meningkat.
Sepanjang 2023, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 262 kasus kekerasan terhadap anak, sementara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencatat 763 kasus kekerasan di lingkungan pendidikan pada 2024.
“Angka tersebut menunjukkan pentingnya penguatan karakter dan literasi kesetaraan sebagai langkah preventif. Literasi ini mencakup pemahaman nilai-nilai moral, kesetaraan gender, serta kemampuan menyelesaikan konflik secara damai,” jelas Suharti.
Sebagai bagian dari penguatan literasi, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah memperkenalkan Rumah Literasi Nasyiatul Aisyiyah (RALINA). Inisiatif ini bukan hanya menyediakan koleksi buku, tetapi juga menjadi ruang pemberdayaan perempuan dan penguatan karakter anak-anak melalui berbagai kegiatan literasi.
“RALINA menjadi tempat pembelajaran sekaligus pemberdayaan masyarakat untuk mendukung pendidikan karakter,” ujar Ariati Dina Puspitasari, pimpinan Nasyiatul Aisyiyah.
Acara ini dihadiri oleh 196 peserta dari berbagai organisasi Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah di Sumut. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman peserta tentang kesetaraan gender dan pencegahan kekerasan, sekaligus mendorong mereka menjadi agen perubahan di komunitas masing-masing.
“Kami berharap hasil kegiatan ini dapat memperluas wawasan dan mendorong peserta untuk menyebarkan pengetahuan ini di wilayah mereka,” tutup Suharti. (R)