26 C
Medan
Kamis, Desember 5, 2024

Transformasi Pendidikan Vokasi Berbuah Positif, Tingkat Pengangguran Lulusan Menurun

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Pendidikan vokasi di Indonesia terus menunjukkan dampak positif dengan meningkatnya keselarasan antara kurikulum dan kebutuhan industri.

Kondisi kebekerjaan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) kini semakin membaik, ditandai dengan penurunan tingkat pengangguran serta peningkatan partisipasi di pasar kerja.

Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik (BPS), Ali Said, dalam acara “Kondisi Tenaga Kerja Lulusan Pendidikan Vokasi di Indonesia” di Jakarta, Jumat, mengungkapkan bahwa meskipun masih menghadapi beberapa tantangan, tren positif telah terlihat dalam survei terbaru.

“Kondisi kebekerjaan lulusan vokasi, terutama perguruan tinggi vokasi, menunjukkan hasil yang cukup baik. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) lulusan SMK terus meningkat, terutama sejak 2022 hingga 2024,” ujar Ali Said.

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2024, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan PTV kini lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional sebesar 4,91 persen. Sementara itu, TPT lulusan SMK juga menunjukkan tren penurunan meskipun masih lebih tinggi dibandingkan PTV.

Lulusan SMK kini banyak terserap di sektor perdagangan dan industri, baik sebagai pekerja white-collar (kantoran) maupun blue-collar (pekerjaan fisik). Sementara itu, lulusan PTV mendominasi sektor kesehatan, perdagangan, dan pemerintahan.

Selain itu, lulusan pendidikan vokasi lebih banyak terlibat dalam pekerjaan formal, yang memberikan stabilitas pendapatan serta perlindungan sosial. Masa tunggu lulusan SMK dan PTV untuk memperoleh pekerjaan juga relatif singkat, rata-rata antara 0 hingga 2 bulan.

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Tatang Muttaqin menyoroti pentingnya program Teaching Factory (Tefa) dalam mendorong kesiapan kerja siswa. “Melalui Tefa, siswa dapat belajar dalam kondisi menyerupai lingkungan industri sehingga mampu meningkatkan soft skills dan adaptasi kerja,” ujar Tatang.

Contoh sukses Tefa terlihat di SMK YPM 8 Sidoarjo yang memproduksi mesin Computer Numerical Control (CNC) dengan harga jual rata-rata Rp150 juta per unit. Hasil penjualan ini digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran dan produksi.

Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, mengapresiasi kemajuan pendidikan vokasi di Indonesia. “Dengan adanya teaching factory, lulusan SMK dan PTV tidak hanya siap kerja tetapi juga mampu membuka lapangan usaha,” kata Hetifah.

Ia menambahkan bahwa anggapan SMK sebagai penyumbang pengangguran kini tidak lagi relevan, mengingat angka pengangguran lulusan SMK terus menurun.

Transformasi pendidikan vokasi yang menjadi salah satu prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) IV 2020-2024 ini diharapkan terus mendorong pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan relevan dengan kebutuhan pasar kerja. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru