27 C
Medan
Minggu, Desember 22, 2024

Deteksi Dini Lupus Ditingkatkan Kemenkes Lewat Program SALURI

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) meluncurkan program SALURI (Periksa Lupus Sendiri) untuk memperkuat upaya deteksi dini terhadap Lupus Eritematosus Sistemik (LES).

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang lupus, yang sering disebut “Penyakit Seribu Wajah”, dan mempermudah deteksi gejalanya secara mandiri.

Lupus adalah penyakit autoimun kronis yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat merusak jaringan tubuh.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof Handono Kalim dan tim di Malang, prevalensi lupus di Indonesia diperkirakan mencapai 0,5%, dengan lebih dari 1,3 juta penyandang lupus di Tanah Air. Penyakit ini terutama menyerang perempuan usia reproduksi antara 15 hingga 45 tahun.

Direktur P2PTM Kemenkes, Dr Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan bahwa program SALURI akan diluncurkan pada tahun 2025 dan menyasar calon pengantin wanita sebagai langkah pencegahan sejak dini bagi kelompok usia berisiko.

“Melalui program SALURI, kami berharap masyarakat dapat lebih memahami pentingnya deteksi dini lupus, sehingga kasus bisa ditangani lebih cepat dan tepat,” ujar Dr Nadia dalam temu media pada Selasa (17/12/2024).

Lupus sering sulit dideteksi karena gejalanya yang mirip dengan penyakit lain, seperti kelelahan ekstrem, nyeri sendi, ruam kulit, dan demam berkepanjangan. Deteksi dini menjadi kunci untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, termasuk kerusakan pada organ penting seperti ginjal, jantung, dan paru-paru.

Dr Nadia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, organisasi profesi, BPJS Kesehatan, serta media untuk memperkuat deteksi dini lupus.

Kemenkes telah menyiapkan pedoman dan modul pelatihan tatalaksana lupus bagi tenaga kesehatan, serta memperkuat program rujuk balik melalui BPJS Kesehatan agar pasien lupus mendapatkan penanganan yang berkelanjutan.

Menurut Dr Anna Ariane dari RSUPN dr Cipto Mangunkusumo, deteksi dini lupus memiliki berbagai manfaat, antara lain meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien, mencegah kerusakan organ, serta mengurangi biaya pengobatan akibat komplikasi. Deteksi dini juga dapat meningkatkan produktivitas pasien dan mengurangi risiko serangan penyakit berulang atau flare-up.

Gejala-gejala lupus yang perlu diwaspadai antara lain ruam wajah berbentuk kupu-kupu, nyeri sendi, kelelahan berat tanpa sebab jelas, sariawan berulang, sensitif terhadap sinar matahari, dan kelainan ginjal.

Jika ditemukan dua gejala atau lebih yang menyerang organ berbeda, pasien disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas kesehatan.

Dengan kampanye edukasi dan program deteksi dini seperti SALURI, Kemenkes berharap masyarakat dapat lebih mengenali tanda-tanda lupus sejak dini, memberikan dukungan yang lebih baik kepada penderita, dan meningkatkan kualitas hidup penyandang lupus di Indonesia. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru