23.2 C
Medan
Sabtu, Januari 18, 2025

Produksi Alkes Buatan Dalam Negeri: Kunci Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-3 di Birawa Ballroom, Hotel Bidakara, Jakarta, pada Rabu.

Acara ini diselenggarakan untuk memperingati 27 tahun perjalanan ASPAKI dan mengusung tema “Berpacu Membangun Kemandirian Industri Alat Kesehatan Menuju Indonesia Emas 2045.”

Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalusia, serta perwakilan dari kementerian terkait.

Dalam sambutannya, Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti pentingnya industri alat kesehatan (alkes) sebagai salah satu pilar utama ketahanan kesehatan nasional dan penggerak pertumbuhan ekonomi. Ia mengapresiasi peran ASPAKI dalam meningkatkan produksi alkes dalam negeri yang kini semakin berdaya saing global.

“Industri alkes tidak hanya menjadi tulang punggung ketahanan kesehatan nasional, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kita harus mampu memproduksi 60-70% kebutuhan alkes dari dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor,” ujar Luhut.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalusia menambahkan bahwa jumlah industri alkes dalam negeri telah meningkat menjadi 819 unit pada tahun 2024. Selain itu, nilai investasi di sektor ini mencapai Rp1,25 T, dengan pertumbuhan rata-rata 377% dalam tiga tahun terakhir.

“Sebanyak 17 dari 19 alkes prioritas nasional kini telah mampu diproduksi di dalam negeri, termasuk perangkat ultrasound dan mobile X-ray yang telah digunakan dalam program skrining kesehatan nasional,” ungkap Lucia.

Ia juga menjelaskan bahwa produk alkes dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 50% telah meningkat tiga kali lipat sejak 2021. Produk-produk ini kini mulai menembus pasar internasional, dengan Afrika sebagai salah satu tujuan ekspor utama.

Pemerintah, lanjut Luhut, berkomitmen untuk mendukung kemandirian alkes nasional dengan memastikan pengadaan fasilitas kesehatan, termasuk yang dibiayai BPJS Kesehatan, menggunakan produk dalam negeri.

“Pasar Afrika sangat potensial bagi produk kita. Teknologi yang kita miliki mungkin tidak terlalu tinggi, tetapi sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini adalah peluang besar untuk memperluas pasar ekspor,” jelas Luhut.

Selain itu, pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam beberapa tahun mendatang. Penerapan teknologi berbasis data terintegrasi akan mendukung target tersebut, sekaligus meningkatkan penerimaan negara hingga Rp1.500 T per tahun.

ASPAKI melalui Munas ini menegaskan komitmennya untuk terus berkontribusi dalam mendukung ketahanan kesehatan nasional.

Ketua ASPAKI menyatakan bahwa kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat menjadi kunci utama untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

“Industri alkes adalah sektor strategis yang mampu mendukung ketahanan kesehatan nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global. Dengan kerja sama yang solid, kita bisa mencapai kemandirian dan daya saing global,” tutupnya. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru