Pangandaran (buseronline.com) – SMK Bakti Karya Parigi di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, menjadi sorotan nasional sebagai model pendidikan multikultural yang sukses diterapkan di Indonesia.
Dalam kunjungan kerja pada Sabtu, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, mengapresiasi sekolah ini karena mampu menyatukan siswa dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri seperti Malaysia.
Dalam sambutannya, Wamen Fajar menegaskan bahwa pendidikan di SMK Bakti Karya Parigi tidak hanya berfokus pada keterampilan teknis, tetapi juga membangun karakter, kecerdasan sosial, dan kemampuan berpikir kritis yang penting di era globalisasi.
“Sekolah ini adalah contoh nyata bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas dan inklusif bagi semua,” ujar Wamen Fajar.
Kepala Sekolah Jujun Junaedi menjelaskan bahwa program pendidikan di SMK Bakti Karya Parigi telah melahirkan lebih dari 250 lulusan dari 26 provinsi dan 48 suku di Indonesia. Sekolah ini menerapkan sistem seleksi ketat, hanya menerima satu siswa per provinsi, serta membuka peluang bagi siswa internasional.
“Kami ingin membuktikan bahwa pendidikan berkualitas tidak mengenal batas budaya dan geografis. Semua anak berhak mendapatkan kesempatan belajar yang sama, apa pun latar belakangnya,” ungkap Jujun.
Dalam kunjungan tersebut, Wamen Fajar juga berdialog dengan para siswa. Alfredo Yencesama, siswa kelas 12 asal Wamena, Papua Pegunungan, berbagi pengalamannya belajar di sekolah ini.
“Di sini kami tidak hanya belajar teknologi dan media, tetapi juga diajarkan untuk peduli pada lingkungan dan membangun karakter. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga,” kata Alfredo.
Hal senada disampaikan Nurjannah Azlaini Agus, siswi asal Riau dari jurusan broadcasting. Ia mengaku bangga sekolahnya dikunjungi oleh pejabat tinggi negara dan berharap sistem pendidikan multikultural ini bisa diterapkan di lebih banyak sekolah di Indonesia.
“Sistem ini tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tetapi juga membangun kebersamaan dan toleransi. Kami berharap pemerintah terus mendukung model pendidikan seperti ini,” ujarnya.
Dengan pendekatan pendidikan karakter, multikulturalisme, dan kecakapan hidup, SMK Bakti Karya Parigi kini menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan yang inklusif dapat diterapkan dengan sukses.
“Pendidikan yang bermutu tidak hanya soal keterampilan, tetapi juga tentang membentuk manusia yang adaptif, kreatif, dan menghargai perbedaan. SMK Bakti Karya telah menunjukkan bahwa pendidikan inklusif adalah masa depan bangsa,” tutup Wamen Fajar. (R)