![](https://buseronline.com/wp-content/uploads/2024/11/natal.jpeg)
Jakarta (buseronline.com) – Jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat dengan prediksi lonjakan lebih dari 70 persen pada tahun 2050 jika langkah pencegahan dan deteksi dini tidak diperkuat.
Saat ini, sekitar 400 ribu kasus baru kanker terdeteksi setiap tahunnya, dengan angka kematian mencapai 240 ribu kasus. Tanpa intervensi yang efektif, beban kanker di Indonesia diperkirakan akan semakin besar, baik dari segi kesehatan masyarakat maupun ekonomi.
Wakil Menteri Kesehatan RI Prof Dante Saksono Harbuwono menegaskan bahwa kanker bukan hanya masalah medis, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi yang kompleks. Biaya pengobatan yang tinggi, hilangnya produktivitas, serta dampak psikologis pada pasien dan keluarga menjadi beban berat yang harus dihadapi bersama.
Karena itu, deteksi dini menjadi salah satu strategi utama yang terus diperkuat dalam penanganan kanker. Deteksi dini kanker di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan.
Banyak pasien yang datang ke rumah sakit dalam kondisi stadium lanjut, sehingga tingkat keberhasilan pengobatan menurun dan biaya perawatan menjadi lebih tinggi.
Padahal, hingga 50 persen kasus kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat, seperti menjaga pola makan, rutin berolahraga, tidak merokok, menghindari alkohol, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Sebagai langkah strategis, Kementerian Kesehatan Indonesia telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker 2024-2034 yang bertujuan untuk memperkuat skrining dan deteksi dini.
Rumah Sakit Kanker Dharmais, sebagai pusat kanker nasional, mengembangkan layanan skrining berbasis risiko melalui inovasi I-Care (Indonesia Cancer Risk Examination).
Teknologi ini memungkinkan masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker dengan pemeriksaan genetik menggunakan sampel darah, yang dapat mendeteksi risiko kanker payudara, kolorektal, lambung, prostat, dan paru.
Selain itu, upaya deteksi dini kanker serviks juga diperluas dengan skrining menggunakan metode HPV DNA, yang lebih sensitif dibandingkan metode konvensional.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, menggelar skrining kanker serviks gratis selama bulan Februari di seluruh Puskesmas bagi perempuan yang sudah menikah.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta drg Ani Ruspitawati menekankan bahwa kanker payudara dan kanker serviks merupakan jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia.
Oleh karena itu, akses masyarakat terhadap layanan skrining harus diperluas agar deteksi dini dapat dilakukan lebih masif.
Pemerintah juga terus mendorong vaksinasi HPV bagi anak perempuan usia 11-12 tahun untuk mencegah kanker serviks sejak dini. Program ini telah menjadi bagian dari Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dan terus diperluas cakupannya.
Selain pendekatan medis, penting juga bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam pengendalian kanker.
Stigma terhadap pasien kanker seringkali menjadi hambatan dalam deteksi dini dan pengobatan. Dukungan moral, empati, dan kepedulian dari lingkungan sekitar sangat dibutuhkan agar pasien dapat menjalani perawatan dengan lebih baik.
Hari Kanker Sedunia menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran bahwa kanker bisa dicegah dan dideteksi lebih awal.
Dengan pola hidup sehat, skrining rutin, serta kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, angka kejadian dan kematian akibat kanker dapat ditekan.
“Jangan menunggu sakit untuk peduli terhadap kesehatan. Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Mulailah dengan pola hidup sehat dan rutin lakukan pemeriksaan kesehatan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta. (R)