![](https://buseronline.com/wp-content/uploads/2024/11/natal.jpeg)
Bandung (buseronline.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat merilis laporan ekonomi terbaru yang menunjukkan kondisi perekonomian Jabar pada Januari 2025 relatif stabil. Namun, sejumlah sektor mengalami tren penurunan yang perlu diantisipasi. Hal ini disampaikan dalam Berita Resmi Statistik yang dirilis pada Senin.
Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman, yang hadir dalam acara tersebut menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap beberapa indikator ekonomi yang mengalami perlambatan.
“Secara umum, ekonomi Jabar pada bulan Januari 2025 relatif stabil, tetapi kita harus tetap waspada karena ada beberapa tren kurang baik,” ujar Herman.
Salah satu indikator yang diperhatikan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mencerminkan inflasi. Pada Januari 2025, inflasi Jabar turun menjadi -0,68 persen.
Herman menilai bahwa meskipun penurunan inflasi dapat mengindikasikan harga-harga yang terkendali, angka yang terlalu rendah juga bisa berdampak pada daya beli masyarakat.
“Inflasi kita turun menjadi -0,68 persen, terutama dipengaruhi oleh sektor perumahan, air, dan listrik. Namun, inflasi harus tetap stabil, tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah,” jelasnya.
Sebaliknya, nilai tukar petani (NTP) mengalami peningkatan dari 111,71 pada Desember 2024 menjadi 114,17 pada Januari 2025, menandakan daya beli petani semakin baik.
“Ini kabar baik bagi sektor pertanian karena menunjukkan bahwa pendapatan petani lebih kuat dibandingkan bulan sebelumnya,” tambah Herman.
Di sektor pariwisata, terjadi penurunan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke Jawa Barat. Pada Januari 2025, hanya tercatat 337 kunjungan, turun dari 735 kunjungan pada Desember 2024.
Namun, jumlah wisatawan domestik justru mengalami peningkatan signifikan, dari 13,6 juta menjadi 17,3 juta kunjungan dalam sebulan.
“Penurunan wisman harus diperhatikan, tapi meningkatnya wisatawan domestik menunjukkan bahwa destinasi wisata di Jabar masih menarik bagi masyarakat dalam negeri,” ujar Herman.
Selain itu, transportasi penumpang juga mengalami peningkatan, terutama pada angkutan udara domestik dan kereta api. Salah satu faktor pendorongnya adalah kehadiran Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang semakin banyak digunakan masyarakat.
Namun, transportasi barang justru mengalami penurunan, terutama di sektor angkutan laut.
“Dampak Whoosh terhadap transportasi penumpang cukup positif. Namun, kita harus memperhatikan sektor transportasi barang yang mengalami penurunan,” tambahnya.
Kepala BPS Jabar Darwis Sitorus menambahkan bahwa neraca perdagangan Jawa Barat pada Desember 2024 masih mengalami surplus sebesar 1,98 miliar dolar AS.
Total nilai ekspor Jabar mencapai 3,15 miliar dolar AS, sedangkan impor berada di angka 1,17 miliar dolar AS.
“Surplus ini lebih rendah dibandingkan November 2024, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan Desember 2023,” jelas Darwis.
Ekspor Jabar mengalami sedikit penurunan sebesar 1,96 persen dibandingkan bulan sebelumnya, terutama karena turunnya ekspor di sektor nonmigas sebesar 2,41 persen.
Namun, secara tahunan (year-on-year), ekspor Jawa Barat tetap menunjukkan pertumbuhan 9,56 persen dibandingkan Desember 2023.
“Peningkatan ini didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar 10,40 persen,” tambah Darwis.
Secara keseluruhan, ekonomi Jawa Barat pada Januari 2025 masih dalam kondisi stabil. Namun, beberapa sektor seperti pariwisata mancanegara, transportasi barang, dan penurunan ekspor bulanan perlu diantisipasi lebih lanjut.
“Ekonomi Jabar stabil, tetapi kita tidak boleh lengah. Kita harus menjaga momentum positif dan segera mengambil langkah antisipatif untuk sektor yang mengalami perlambatan,” pungkas Herman. (R)