
Jakarta (buseronline.com) – Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mempercepat produksi susu segar nasional guna mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Saat ini, produksi susu dalam negeri baru memenuhi sekitar 20% dari total kebutuhan nasional.
Salah satu tantangan utama adalah rendahnya daya saing susu segar lokal dibandingkan dengan susu bubuk impor.
Dalam acara Agrinnovation Center bertajuk “From Grass to Glass, Can Indonesia Accelerate Their Domestic Fresh Milk Production” di Jakarta Convention Center pada Sabtu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menegaskan pentingnya kebijakan yang mendukung peningkatan produksi dan penyerapan susu segar di pasar domestik.
“Jika produksi meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pasar yang siap menyerap, maka ini akan menjadi masalah baru bagi peternak kita. Oleh karena itu, kita harus memastikan rantai pasok yang kuat dari hulu ke hilir agar susu segar dapat terserap dengan baik,” ujar Agung.
Sebagai langkah konkret, pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan strategis, termasuk pengawasan ketat terhadap distribusi susu, program peningkatan konsumsi susu segar, serta regulasi yang mendukung penyerapan susu lokal oleh industri dalam negeri.
Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan peternak serta memperkuat daya saing industri susu nasional.
Selain kebijakan, Kementan juga mendorong pemanfaatan teknologi modern dan peningkatan populasi sapi perah melalui investasi.
Hal ini bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan produksi, tetapi juga memastikan kualitas susu segar sesuai dengan standar internasional.
Agung menyatakan bahwa pemerintah optimistis dengan kolaborasi antara peternak, investor, dan pemangku kepentingan lainnya, industri susu segar nasional dapat berkembang lebih pesat.
“Pemerintah yakin bahwa dengan sinergi yang baik, kita bisa mempercepat peningkatan produksi susu segar dan mewujudkan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan susu nasional,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Epi Taufik, Tim Ahli Kementerian Pertanian dan Tenaga Ahli Badan Gizi Nasional, menyoroti pentingnya memanfaatkan peluang besar di sektor pertanian dan peternakan, khususnya dalam produksi susu, guna memperkuat ketahanan pangan nasional.
“Dengan dukungan penuh dari pemerintah serta partisipasi aktif generasi muda, kita bisa mengoptimalkan potensi yang ada dan secara bertahap mengurangi ketergantungan pada impor, terutama di masa-masa krisis,” ujar Epi.
Lebih lanjut, Epi menjelaskan bahwa sektor peternakan tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan, tetapi juga menawarkan peluang ekonomi yang menjanjikan.
“Oleh karena itu, kita perlu mendorong inovasi dan investasi di bidang ini agar dapat menciptakan ekosistem industri susu segar yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi,” tambahnya.
Dengan langkah-langkah strategis yang tengah dilakukan, Kementan optimistis produksi susu segar nasional akan terus meningkat, sehingga Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan memperkuat ketahanan pangan nasional. (R)