Bengkulu (buseronline.com) – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) menggelar puncak peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional (HBII) 2025 di Bengkulu, Kamis. Acara ini menegaskan komitmen pemerintah dalam melestarikan bahasa daerah sebagai bagian dari identitas budaya bangsa.
Dalam sambutannya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti menyoroti pentingnya penggunaan bahasa daerah dalam pendidikan, sejalan dengan tema tahun ini, “Bahasa Daerah Mendukung Pendidikan Bermutu untuk Semua.”
Ia menekankan bahwa pembelajaran menggunakan bahasa ibu di tahap awal dapat meningkatkan pemahaman akademik dan keterampilan literasi anak-anak.
“Kajian akademik menunjukkan bahwa anak-anak yang memulai pembelajaran dengan bahasa ibu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap konsep akademik, serta keterampilan literasi mereka berkembang lebih optimal,” jelasnya.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan kekayaan linguistik terbesar di dunia, dengan lebih dari 718 bahasa daerah.
Menteri Mu’ti mengungkapkan pengalaman menarik saat berbincang dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, di mana awalnya ia menyebut Indonesia memiliki lebih dari 200 bahasa daerah.
Namun, setelah mendapatkan data resmi, jumlahnya ternyata mencapai 718 bahasa. “Hal ini menunjukkan betapa besarnya kekayaan bahasa kita yang harus terus kita lestarikan,” tuturnya.
Sebagai bagian dari upaya revitalisasi bahasa daerah, pemerintah terus mendorong penguatan bahasa daerah dalam kurikulum pendidikan, termasuk menjadikannya sebagai muatan lokal di sekolah.
Kepala Badan Bahasa Hafidz Muksin menegaskan bahwa program revitalisasi ini bertujuan agar generasi muda tidak hanya mempelajari, tetapi juga aktif menggunakan bahasa daerah mereka.
Puncak acara HBII 2025 ini juga menjadi momentum peresmian Gedung Balai Bahasa Provinsi Bengkulu.
Menteri Mu’ti menyampaikan bahwa gedung ini akan menjadi pusat pengembangan dan pelestarian bahasa daerah serta memperkuat peran bahasa Indonesia di tingkat nasional dan global.
“Keberadaan gedung ini diharapkan dapat memperkuat program pelestarian bahasa daerah sebagai warisan budaya bangsa,” ujarnya.
Selain itu, Anggota Komisi X DPR RI Dewi Coryati yang turut hadir dalam acara ini memberikan dukungannya terhadap revitalisasi bahasa daerah, khususnya bahasa Rejang yang memiliki aksara khas Kaganga.
Ia juga menyoroti pentingnya Pelatihan Literasi bagi Pengelola Perpustakaan Sekolah yang diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Bengkulu sebagai upaya meningkatkan literasi di kalangan pelajar.
Acara puncak HBII 2025 di Bengkulu turut dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan seni dan budaya, seperti Atraksi Dol oleh siswa SMKN 5 Kota Bengkulu dan pemenang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2024.
Selain itu, Duta Bahasa Provinsi Bengkulu juga menampilkan pertunjukan tradisi lisan yang mencerminkan kekayaan budaya setempat.
Di samping itu, berbagai kegiatan literasi dan pameran turut digelar oleh Balai Bahasa Provinsi Bengkulu, bekerja sama dengan sejumlah instansi, termasuk Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Balai Guru Penggerak (BGP), dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII.
Menteri Mu’ti juga meninjau beberapa program unggulan yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa, seperti Sosialisasi Pengutamaan Bahasa Negara di Ruang Publik, Simulasi Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif, dan Fasilitasi Pembelajaran BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing).
Di akhir acara, Menteri kembali menegaskan komitmen pemerintah dalam menjalankan kebijakan Trigatra Bahasa, yaitu:
1. Mengutamakan bahasa Indonesia.
2. Melestarikan bahasa daerah.
3. Menguasai bahasa asing.
“Dengan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2025 dan peresmian Gedung Balai Bahasa Provinsi Bengkulu ini, kita berharap semakin banyak pihak yang berkontribusi dalam pelestarian bahasa daerah serta penguatan bahasa Indonesia di kancah internasional,” pungkasnya.
Acara ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kebijakan bahasa nasional serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberagaman bahasa daerah sebagai bagian dari identitas bangsa. (R)