Medan (buseronline.com) – Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution dan Wali Kota Medan Rico Waas melaksanakan Sholat Idulfitri 1446 H/2025 M bersama umat Muslim Kota Medan di Lapangan Merdeka, Senin. Ini merupakan pertama kalinya Lapangan Merdeka digunakan untuk Sholat Idulfitri sejak direvitalisasi pada Juli 2022.
Gubernur Bobby Nasution, yang mengenakan baju koko bercorak, duduk berdampingan dengan Wali Kota Rico Waas yang mengenakan baju koko putih polos. Di sebelah kiri Bobby tampak Wakil Gubernur H Surya, sementara Rico Waas didampingi Sekda Medan Wirriya Alrahman.
Sejumlah pejabat Pemprov Sumut turut hadir, di antaranya Pj Sekda Provsu Effendy Pohan dan Kadis Pendidikan Alexander Sinulingga, beserta jajaran OPD lainnya. Dari Pemko Medan, hadir pula berbagai pejabat mulai dari OPD, camat, hingga lurah.
Sholat Idulfitri yang diselenggarakan Pemko Medan ini mengangkat tema “Makna Kemenangan yang Hakiki.” Bertindak sebagai imam adalah H Ahmad Azroi Hasibuan SPdI, yang merupakan Qori Internasional, sementara khotbah disampaikan oleh Dr H Hasan Matsum MAg, Ketua MUI Kota Medan.
Dalam khotbahnya, Dr Hasan Matsum menegaskan bahwa Idulfitri bukan sekadar ajang perayaan seperti turnamen atau kompetisi yang penuh euforia. Menurutnya, kemenangan sejati dalam Idulfitri adalah ketika umat Islam berhasil mencapai kematangan spiritual dan sosial setelah ditempa selama sebulan penuh di madrasah Ramadan.
“Secara spiritual, selama Ramadan kita telah menjalankan berbagai ibadah, mulai dari puasa hingga sholat tarawih, tadarus Al-Qur’an, dan beri’tikaf di masjid. Semua ini seharusnya memberikan dampak signifikan pada kehidupan kita,” ujar Hasan Matsum.
Ia menambahkan bahwa tujuan utama puasa adalah untuk melahirkan pribadi yang bertakwa, yakni mereka yang mematuhi perintah agama dan menjauhi larangan-Nya. Jika ibadah sunnah juga diamalkan dengan sungguh-sungguh, maka pencapaian spiritual seseorang akan semakin sempurna.
“Puasa adalah representasi dari banyak ibadah lainnya. Jika kita hanya fokus pada aspek spiritual tanpa memperhatikan aspek sosial, maka kita bisa menjadi buta terhadap lingkungan sekitar. Sebaliknya, jika kita hanya peduli pada aspek sosial tanpa memperkuat hubungan dengan Allah, maka kita akan kehilangan makna sejati dari ibadah,” tutupnya. (R)