Jakarta (buseronline.com) – Indonesia Cyber Education Institute (ICE Institute) semakin memantapkan diri sebagai salah satu pusat pembelajaran daring terkemuka di Indonesia dan kini berambisi untuk memperluas peran di tingkat global.
Hal ini terungkap dalam audiensi yang berlangsung pada Selasa, yang dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Togar Mangihut Simatupang, Direktur ICE Institute Rahayu Dwi Riyanti, dan penggagas ICE Institute, Paulina Pannen.
Audiensi yang juga dihadiri oleh sejumlah pejabat Kemdiktisaintek, termasuk Sesditjen Dikti, Sesditjen Risbang, dan Kepala Pusat Pembiayaan dan Asesmen Pendidikan Tinggi, membahas berbagai isu strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi melalui pembelajaran daring.
Salah satu fokus utama dalam pertemuan ini adalah dukungan ICE Institute terhadap program-program unggulan Ditjen Dikti, khususnya peningkatan keterampilan dan kapasitas 10.000 dosen melalui pembelajaran daring.
Paulina Pannen, dalam laporannya, mengungkapkan bahwa ICE Institute siap berkolaborasi dalam program peningkatan kualitas pendidikan tinggi melalui platform daring.
Selain itu, pertemuan tersebut juga membahas pengembangan portal National Credit Bank sebagai sistem pencatatan kredit akademik nasional, yang diharapkan dapat mempermudah mobilitas mahasiswa lintas perguruan tinggi di Indonesia.
ICE Institute juga memaparkan berbagai inovasi dalam pendidikan, termasuk program Pre-University yang dirancang untuk membekali calon mahasiswa dengan pengetahuan dasar sebelum memasuki perguruan tinggi.
Dukungan dari Asian Development Bank (ADB) dalam program Just Transition yang fokus pada pembelajaran berbasis riset dan keberlanjutan turut dibahas.
Togar Mangihut Simatupang, Sekjen Kemdiktisaintek, menyatakan bahwa pihaknya tengah mengkaji pemberian apresiasi kepada dosen yang mengajar di platform ICE Institute. Beliau menekankan pentingnya peran para pendidik dalam mewujudkan pendidikan digital yang inklusif dan inovatif.
Pada tingkat internasional, Kemendiktisaintek memberikan dukungan terhadap keikutsertaan ICE Institute dalam ASEAN-China Digital Education Alliance, yang bertujuan memperluas jaringan kerja sama akademik dan pertukaran pengetahuan antarnegara.
Sebagai langkah strategis ke depan, ICE Institute, dengan dukungan ADB, juga akan menyusun policy brief terkait program microcredential untuk merumuskan kebijakan pendidikan tinggi yang lebih fleksibel dan relevan dengan kebutuhan industri.
Dengan dukungan penuh dari Kemdiktisaintek dan mitra internasional, ICE Institute berkomitmen untuk terus memperkuat perannya dalam mentransformasi pendidikan tinggi di Indonesia dan berkontribusi pada pendidikan global yang lebih inklusif dan berkelanjutan. (R)