Jakarta (buseronline.com) – Pendidikan tinggi memegang peranan penting sebagai pusat inovasi dan penghasil riset teknologi yang inklusif dalam mendukung pembangunan nasional dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Hal ini disampaikan Direktur Kelembagaan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Mukhamad Najib, dalam acara Celebrating Women in the AI Era yang diselenggarakan di Binus University, Jakarta, Jumat.
Dalam kesempatan tersebut, Najib menekankan bahwa perguruan tinggi tidak hanya menjadi tempat pendidikan, tetapi juga penghasil solusi melalui penelitian yang berdampak. “Di penelitian, kita bisa mendorong inovasi-inovasi untuk mencapai SDGs melalui riset yang mencari solusi terbaik atas berbagai tantangan dunia, seperti yang tertuang dalam agenda ASTA Cita Presiden,” ujarnya.
Senada dengan itu, Direktur Bina Talenta Penelitian dan Pengembangan Kemdiktisaintek, Karlisa Priandana, mengungkapkan bahwa kementerian secara aktif mendorong keterlibatan perempuan dalam dunia riset dan inovasi. Dukungan diberikan melalui pengembangan program riset yang inklusif dan berkeadilan, termasuk penguatan peran perempuan sebagai role model di institusi riset.
“Kami percaya keberagaman latar belakang dan kemampuan akan memperkaya proses inovasi dan mempercepat lahirnya solusi yang relevan untuk menyelesaikan permasalahan nasional,” kata Karlisa dalam diskusi panel “Breaking Barriers in Tech: A Gender-Inclusive Perspective.”
Karlisa menambahkan bahwa penyelarasan riset dengan kebutuhan masyarakat menjadi strategi penting. Hal itu dilakukan melalui integrasi masalah nyata dalam strategi riset, penguatan kolaborasi lintas sektor, pembentukan konsorsium penelitian, serta pengembangan talenta riset yang berkelanjutan.
Beberapa sektor prioritas seperti ketahanan pangan kini telah menjadi fokus utama. Dalam rangka penguatan di sektor ini, Kemdiktisaintek membangun Konsorsium Ketahanan Pangan yang akan melibatkan 40 perguruan tinggi dengan program studi pertanian, pelaku industri, komunitas petani, serta Kementerian Pertanian. Selain itu, konsorsium AI in Health juga telah dirancang untuk menjawab tantangan layanan kesehatan berbasis kecerdasan buatan.
“Melalui konsorsium, semua stakeholder—dari akademisi, industri, hingga komunitas—ikut terlibat secara aktif dalam menjawab tantangan nasional secara terintegrasi,” jelas Karlisa.
Talenta riset dari kalangan dosen, peneliti, dan mahasiswa pascasarjana dinilai sebagai kunci utama kemajuan riset nasional. Oleh karena itu, Kemdiktisaintek mengembangkan berbagai program seperti skema pendanaan inklusif, pelatihan digital, penguatan ekosistem industri berbasis riset, dan pengembangan talenta melalui perguruan tinggi.
Acara yang digelar dalam rangka Hari Kartini tersebut juga diwarnai dukungan terhadap inisiatif perempuan di bidang teknologi, melalui kolaborasi bersama Binus SheCodes Society, IEEE Women in Engineering Indonesia, Indonesia AI Society, serta Rumah Atsiri Indonesia.
Dengan pendekatan kolaboratif dan inklusif, Kemdiktisaintek berharap riset-riset dari perguruan tinggi di Indonesia dapat memberi kontribusi nyata dalam menjawab berbagai tantangan pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045. (R)