Samosir (buseronline.com) – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sumatera Utara, Kahiyang Ayu, melakukan kunjungan ke Galeri Ulos Hutaraja yang terletak di Dusun II, Desa Lumban Suhi-suhi Toruan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Minggu.
Dalam kunjungannya, Kahiyang tampak terkesima menyaksikan langsung proses pembuatan kain ulos secara tradisional oleh para penenun setempat.
Kahiyang menyempatkan diri berbincang dengan para penenun dan mengamati secara saksama proses memintal dan menenun benang menjadi kain ulos yang sarat makna budaya.
Ia mengungkapkan kekagumannya atas keterampilan para perempuan Batak yang mempertahankan teknik tenun manual yang diwariskan secara turun-temurun.
“Saya sangat mengagumi kerja keras dan keterampilan ibu-ibu penenun. Ini bukan sekadar kain, tapi warisan budaya yang harus terus dilestarikan oleh generasi muda,” ujar Kahiyang.
Salah satu penenun, Op Valen br Situmorang, menjelaskan bahwa dirinya telah puluhan tahun menekuni seni menenun ulos. Ia mempelajari keterampilan tersebut dari orang tuanya dan kini mewariskannya kepada anak-cucunya.
Ia menyebutkan, lama waktu pembuatan ulos sangat bergantung pada kompleksitas motif dan jumlah warna yang digunakan. Motif yang sederhana dapat diselesaikan dalam waktu lebih singkat, sementara motif yang rumit memerlukan waktu lebih lama.
Kahiyang juga tertarik mengetahui perbedaan motif dan penggunaan kain ulos dalam tradisi Batak. Pertanyaannya dijawab oleh Ketua Galeri Ulos Hutaraja, Mariani br Simarmata, yang menjelaskan berbagai jenis ulos, seperti Ulos Bolean, Suri-suri Ganjang, dan Sibolang. Ia juga menyampaikan bahwa para penenun kini mengombinasikan motif tradisional dengan warna-warna modern sehingga ulos dapat digunakan dalam berbagai kesempatan, tidak hanya dalam upacara adat.
“Jenis pewarna juga sudah beragam, ada yang alami dan ada pula yang menggunakan pewarna sintetis. Kami ingin membuat ulos tetap relevan di masa kini tanpa meninggalkan akar budayanya,” kata Mariani.
Dalam kunjungan tersebut, Kahiyang juga mencoba menenun menggunakan alat tradisional suku Batak, disebut boban, dengan arahan dari penenun lokal. Ia tampak antusias mengikuti proses menenun benang demi benang.
Sebagai bentuk apresiasi, Kahiyang memborong delapan lembar kain dan selendang ulos dari galeri tersebut, termasuk Ulos Bolean, yang umumnya digunakan oleh pria dalam acara pesta adat dan memiliki nilai simbolik yang tinggi.
Kunjungan Kahiyang Ayu ini menjadi salah satu bentuk dukungan terhadap pelestarian budaya dan pemberdayaan pengrajin lokal, khususnya para penenun ulos tradisional di Sumatera Utara. (R)