Jakarta (buseronline.com) – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamen Kemdiktisaintek), Prof Fauzan, menekankan pentingnya penguatan budaya literasi sebagai fondasi utama dalam membangun sumber daya manusia unggul di Indonesia.
Hal ini disampaikannya dalam sambutan pada peringatan Hari Jadi ke-45 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Rabu.
Dalam acara tersebut, Wamen Fauzan memberikan apresiasi terhadap berbagai program literasi yang diinisiasi oleh Perpusnas, salah satunya program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Literasi. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Perpusnas dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), yang melibatkan 22 perguruan tinggi di Indonesia.
“Program ini merupakan bentuk nyata pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. Literasi bukan hanya tanggung jawab perpustakaan, tetapi menjadi tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa,” tegas Wamen Fauzan.
Ia menambahkan bahwa kampus harus menjadi bagian dari solusi atas berbagai tantangan sosial, termasuk rendahnya minat baca di Indonesia.
Wamen Fauzan menyoroti rendahnya tingkat literasi nasional. Data UNESCO 2022 menunjukkan hanya 1 dari 1.000 warga Indonesia yang gemar membaca. Sementara survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 mengungkap hanya 10% masyarakat Indonesia yang memiliki kebiasaan membaca.
Bahkan, partisipasi orang tua dalam menumbuhkan minat baca anak usia dini juga tergolong rendah. BPS mencatat hanya 17,21% anak yang dibacakan buku cerita oleh orang tua, dan hanya 11,12% anak yang dibiasakan membaca bersama.
Meski demikian, sejumlah indikator menunjukkan tren positif. Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) masyarakat pada 2023 tercatat sebesar 66,77, naik dari tahun sebelumnya yang berada di angka 63,90. Selain itu, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) nasional pada tahun 2024 mencapai skor 73,52, melampaui target 71,4.
Wamen Fauzan juga membagikan kisah pribadinya mengenai pentingnya literasi dan bagaimana akses terhadap buku dan perpustakaan telah membentuk jalan hidup serta karier akademiknya.
“Perpustakaan adalah pusat ilmu pengetahuan. Kampus tidak boleh tinggal diam di menara gading. Ia harus hadir di tengah masyarakat, menjadi agen perubahan, dan menyelesaikan masalah, salah satunya persoalan literasi,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa literasi harus menjadi bagian integral dari gerakan “Kampus Berdampak”, dan mahasiswa harus turut serta dalam membangun kebiasaan membaca di masyarakat.
Sementara itu, Kepala Perpusnas RI, E Aminudin Aziz, menyatakan bahwa program KKN Tematik Literasi merupakan langkah inovatif yang memperkuat sinergi antara lembaga negara, institusi pendidikan tinggi, serta elemen masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Kami memandang bahwa mencerdaskan bangsa adalah proyek bersama. Tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Butuh sinergi semua lapisan masyarakat, termasuk komunitas, swasta, dan perguruan tinggi,” jelas Aminudin.
Menurutnya, Perpusnas akan terus memperluas jejaring dan memperkuat kolaborasi strategis demi memperluas akses terhadap bahan bacaan, serta membangun ekosistem literasi yang kuat di seluruh Indonesia.
Melalui momentum Hari Jadi ke-45 ini, Kemdiktisaintek dan Perpusnas mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama menumbuhkan budaya literasi dan menciptakan generasi pembelajar yang unggul demi masa depan Indonesia.
“Mari kita jadikan literasi sebagai gerakan nasional. Di balik setiap buku yang dibaca, ada masa depan bangsa yang lebih baik,” tutup Wamen Fauzan. (R)