Mataram (buseronline.com) – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, menyatakan bahwa kampus harus bertransformasi menjadi pusat sains dan teknologi yang mendorong kemajuan bangsa.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara Pemaparan Riset Unggulan Universitas Mataram (Unram) di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Minggu.
Dalam sambutannya, Wamen Stella menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, kampus, mitra lokal, dan internasional dalam memperkuat ekosistem riset nasional.
“Saya ingin meyakinkan para mitra internasional bahwa Indonesia siap berbenah. Kami ingin membangun universitas sebagai pusat sains dan teknologi yang akan memajukan bangsa,” ujarnya.
Wamen Stella juga menekankan pengembangan ekonomi biru (blue economy) sebagai bagian dari Asta Cita Nomor 2. Menurutnya, riset dari universitas menjadi kekuatan penting dalam mewujudkan strategi ini.
“Kita sangat perlu riset yang dilakukan oleh universitas. Hal ini menjadi kekuatan luar biasa dari Universitas Mataram,” ujarnya.
Ia juga mengaitkan pentingnya hilirisasi industri dengan Asta Cita Nomor 5, dan menyampaikan bahwa riset harus menjadi tulang punggung dalam mengolah potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi nasional.
Dalam forum ini, sejumlah peneliti Universitas Mataram memaparkan riset-riset unggulan, antara lain:
Eka: pengembangan rumput laut tahan iklim untuk menghadapi penurunan produksi nasional.
Mulyanto: penciptaan Rapid Kit deteksi COVID-19 pertama buatan Indonesia.
Dahlanuddin: inovasi produksi daging sapi premium lokal dengan pakan berbasis lamtoro (Lauceana).
Muhammad Ali: pemanfaatan mikrobiom ternak untuk mendukung ketahanan pangan.
Suwardji: budidaya tanaman porang dari hutan menjadi komoditas unggulan Lombok Utara.
Tri Mulyaningsih: pengembangan gaharu berkualitas melalui mikroba pencipta gubal gaharu beraroma khas.
Wamen Stella mengapresiasi riset-riset tersebut yang dinilai mampu menjawab tantangan nasional, terutama dalam bidang pangan, kelautan, dan kesehatan.
“Tantangan terbesar kita adalah belum melakukan hilirisasi. Presiden sudah sangat jelas menyampaikan bahwa hilirisasi adalah prioritas strategis bangsa,” tegasnya.
Rektor Universitas Mataram, Prof Bambang Hari Kusumo, menyampaikan bahwa NTB memiliki kekayaan hayati yang sangat besar. Ia menyoroti pentingnya inovasi berkelanjutan dalam pengembangan lobster, rumput laut, mutiara, dan udang sebagai kekuatan lokal yang harus dimanfaatkan untuk riset dan pengembangan industri.
Sebagai wujud dukungan terhadap riset berdampak, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menandatangani kerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) senilai Rp1,8 T. Dana ini akan diberikan sebagai insentif langsung kepada peneliti di berbagai kampus untuk mendukung ekosistem riset di Indonesia.
“Tidak ada negara yang kuat secara ekonomi tanpa sains dan teknologi sebagai fondasinya. Diktisaintek Berdampak bukan hanya slogan, tapi arah kerja nyata kita bersama,” tandas Wamen Stella.
Acara ini menjadi momentum penting dalam memperkuat posisi kampus sebagai motor penggerak inovasi, pusat solusi strategis, dan mitra pembangunan nasional.
Wamen Stella berharap hasil-hasil riset tersebut tidak hanya berhenti di laboratorium, melainkan bisa diterapkan secara luas untuk menjawab tantangan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. (R)