Surabaya (buseronline.com) – Pemerintah Indonesia terus mendorong peningkatan ekspor produk peternakan melalui penguatan kerja sama bilateral. Salah satunya terlihat dari kunjungan delegasi Ministry of Agriculture, Livestock, Fisheries and Forestry (MALFF) Timor Leste ke Jawa Timur dalam rangka pelaksanaan Import Risk Analysis (IRA) pada 19–23 Mei 2025.
Kunjungan ini difokuskan pada audit sejumlah unit usaha peternakan di Jawa Timur yang memiliki potensi ekspor ke Timor Leste. Opening meeting kegiatan ini digelar pada Senin di Kantor Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Surabaya.
Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan, Kementerian Pertanian RI, Makmun, menyatakan bahwa Indonesia mampu menyediakan pasokan produk peternakan yang aman, berkualitas, dan memenuhi standar internasional.
“Kami siap menjadi mitra utama Timor Leste. Produk ekspor Indonesia telah memiliki sistem jaminan keamanan pangan berbasis risiko serta patuh terhadap regulasi teknis dan pelabelan pangan,” ujar Makmun.
Makmun juga mengundang tim MALFF untuk melakukan audit lanjutan di unit usaha telur konsumsi di Blitar, Kediri, dan Lumajang, serta di perusahaan olahan daging ayam grup Japfa Comfeed.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Indyah Aryani, menyebut bahwa Jawa Timur merupakan lumbung ternak nasional. Dari total populasi ayam petelur nasional sebanyak 414,76 juta ekor, sebanyak 131,85 juta ekor atau 32% berada di Jawa Timur. Sementara itu, dari populasi ayam pedaging nasional sebanyak 3,15 miliar ekor, sebanyak 418,74 juta ekor atau 13% juga berasal dari provinsi ini.
“Di Jawa Timur terdapat 21 perusahaan pembibitan unggas, 13 breeding farm layer, 76 breeding farm broiler, serta 67 produsen pakan ternak yang distribusinya menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia,” jelasnya.
Tim IRA yang dipimpin oleh Mario Francisco Amaral dijadwalkan mengunjungi dan mengaudit lima unit usaha, yaitu PT Multipakan Jaya Sentosa, PT Tabasham Farm, PT Super Unggas Jaya, PT Japfa Comfeed, dan PT Gold Coin Indonesia.
“Kami datang untuk mendapatkan informasi teknis yang mendalam, terutama terkait kesehatan hewan dan proses perizinan ekspor-impor di wilayah Karantina Surabaya,” ungkap Mario.
Ia juga menambahkan bahwa lebih dari 70% produk peternakan yang beredar di Timor Leste berasal dari Indonesia, sehingga penting bagi kedua negara untuk menjaga standar mutu dan keamanan produk.
Makmun mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, ekspor produk peternakan Indonesia meningkat 7,88% dibanding tahun sebelumnya. Produk yang diekspor pun semakin bervariasi dan telah memenuhi preferensi pasar negara tujuan.
“Ini bukti bahwa produk peternakan Indonesia tidak hanya memenuhi standar teknis Timor Leste, tetapi juga mampu bersaing dari sisi kualitas dan kebutuhan pelaku usaha,” tutup Makmun.
Kunjungan ini diharapkan semakin memperkuat hubungan dagang antara Indonesia dan Timor Leste, sekaligus membuka peluang ekspor lebih luas bagi produk peternakan nasional di kawasan Asia Tenggara. (R)