Jakarta (buseronline.com) – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, menegaskan bahwa penguasaan sains dan teknologi merupakan kunci strategis bagi Indonesia untuk menjadi negara maju dan tangguh dalam menghadapi tantangan global.
Pernyataan tersebut disampaikan saat menjadi pembicara utama dalam Program Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan (PPNK) Angkatan ke-220 Kolaboratif yang diselenggarakan Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), pada Rabu.
Mengusung tema “Mengukuhkan Nilai-Nilai Kebangsaan di Tengah Tantangan Geopolitik Global dalam Rangka Mendukung Asta Cita”, forum ini menjadi wadah strategis bagi para pemangku kepentingan untuk membahas arah pembangunan nasional di tengah dinamika global.
Dalam paparannya, Menteri Brian menyampaikan bahwa negara yang ingin maju tidak bisa lagi bergantung pada sumber daya alam semata. Pembangunan industri nasional harus bertumpu pada kekuatan riset, inovasi, dan penguasaan teknologi.
“Negara yang ingin maju harus membangun industrinya di atas fondasi sains dan teknologi. Itu bukan pilihan, melainkan keharusan. Kita sedang menghadapi percepatan perubahan global dan disrupsi teknologi, tapi justru di sinilah letak peluang besar bangsa kita,” tegas Menteri Brian.
Ia juga menyoroti tantangan baru di sektor pendidikan tinggi akibat kemunculan kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, dosen dan mahasiswa harus mampu beradaptasi secara cepat dan bijak memanfaatkan teknologi.
“Dosen kini harus memastikan bahwa mahasiswa memahami materi secara substansial, bukan sekadar mengandalkan AI. Ini bukan alasan untuk mundur, tapi panggilan untuk bertransformasi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Menteri Brian menyampaikan bahwa visi besar Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, adalah menjadikan Indonesia negara berpenghasilan tinggi melalui penguatan SDM unggul dan berbasis teknologi.
“Presiden selalu menanyakan, apakah SDM kita siap. Kita harus menjawabnya dengan menyiapkan lulusan yang tidak hanya kompeten, tapi juga inovatif dan berdaya saing tinggi,” ujarnya.
Menteri Brian juga menekankan pentingnya peran perguruan tinggi sebagai pusat riset yang menyelesaikan persoalan nyata di masyarakat. Ia mendorong agar tugas akhir dan skripsi mahasiswa terhubung langsung dengan kebutuhan daerah dan tantangan industri.
“Ini adalah bentuk nyata dari link and match antara kampus dan dunia usaha yang terus kami dorong,” tegasnya.
Sebagai bagian dari upaya mendorong kemandirian industri nasional, Kemdiktisaintek bekerja sama dengan berbagai kementerian, termasuk Kementerian Pertanian, dalam pengembangan 12 komoditas strategis nasional, seperti kopi, kakao, dan tebu.
“Kita punya pasar besar tapi belum kuat di sisi produksi. Maka dari itu, riset dan inovasi teknologi harus dikembangkan untuk membangun industri yang tangguh,” jelas Menteri Brian.
Menjawab pertanyaan peserta dalam sesi diskusi, ia menyatakan bahwa disrupsi adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari, namun dapat diarahkan menjadi kekuatan transformatif.
“Kita tidak bisa menghindari disrupsi, tapi kita bisa memanfaatkannya. Industri harus menjadi lokomotif dalam meningkatkan kemampuan masyarakat memperoleh layanan berkualitas. Ini misi bersama yang butuh kolaborasi semua sektor,” ungkapnya.
Mengakhiri paparannya, Menteri Brian menyampaikan pesan kuat dari Presiden Prabowo Subianto mengenai arah masa depan bangsa.
“Hanya bangsa yang menguasai sains dan teknologi yang akan menjadi bangsa makmur. Mari jadikan tantangan hari ini sebagai batu loncatan menuju lompatan besar Indonesia,” pungkasnya.
Kehadiran Menteri Brian di forum strategis Lemhannas RI menjadi penegasan atas komitmen Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi untuk memperkuat ketahanan nasional melalui akselerasi penguasaan ilmu pengetahuan, pengembangan inovasi teknologi, dan pembangunan sumber daya manusia unggul yang berkarakter kebangsaan. (R)