Jakarta (buseronline.com) – Pemerintah Indonesia kembali memperkuat kemitraan strategis dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) melalui penandatanganan dua nota kesepahaman (MoU) baru di bidang ekonomi dan industri.
Kesepakatan ini diumumkan dalam pertemuan bilateral antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang yang berlangsung di Jakarta, Minggu.
Dalam pertemuan tersebut, kedua negara menyepakati empat nota kesepahaman serta delapan poin kerja sama strategis yang mencerminkan peningkatan hubungan bilateral, terutama dalam sektor prioritas seperti manufaktur, teknologi tinggi, logistik, dan energi baru terbarukan.
Dua nota penting yang disorot berfokus pada penguatan rantai pasok serta pengembangan kawasan industri terintegrasi. Kerja sama ini diyakini akan menjadi katalis bagi transformasi ekonomi nasional yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global.
“Nota kesepahaman ini membuka ruang bagi masuknya investasi berkualitas tinggi dan menjadi langkah konkret dalam mendorong transformasi industri berbasis nilai tambah,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam pernyataannya usai penandatanganan.
Ia menyebut bahwa implementasi kerja sama ini diproyeksikan akan menarik investasi hingga Rp81,5 T serta membuka sekitar 15 ribu lapangan kerja baru di berbagai sektor.
Kerja sama ini juga diharapkan mendorong keterlibatan pelaku UMKM dan industri lokal dalam rantai pasok global. Pemerintah akan memberikan fasilitasi untuk pengembangan proyek-proyek strategis, termasuk di kawasan industri Batang–Yuanhong dan wilayah lain yang masuk dalam rencana ekspansi proyek percontohan.
“Ini menjadi langkah nyata dalam memperkuat daya saing industri nasional serta pemerataan pembangunan antarwilayah,” tambah Airlangga.
Sejalan dengan itu, Pemerintah Indonesia juga akan membentuk mekanisme pemantauan bersama, serta mengintegrasikan dukungan kebijakan lintas kementerian guna menjamin pelaksanaan program yang tepat sasaran dan berkelanjutan.
Kerja sama strategis Indonesia–Tiongkok ini menjadi bagian penting dari upaya Indonesia dalam memperluas jejaring kemitraan global di tengah perubahan dinamika ekonomi internasional.
Pemerintah berharap, kemitraan ini dapat mendorong transformasi industri nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai tambah dalam negeri.
Langkah ini sekaligus menunjukkan keseriusan Indonesia dalam membangun ekosistem industri yang modern, inklusif, dan berorientasi masa depan. (R)