Jenewa (buseronline.com) – Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin memimpin The Third High-Level Meeting of the TB Vaccine Accelerator Council (TB VAC) yang digelar di kantor pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jenewa, Swiss.
Menkes RI memimpin pertemuan ini bersama Co-Chair Dr Mariangela Simao, Sekretaris Bidang Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan dari Brasil.
Pertemuan ini menjadi ajang penting bagi para pemimpin dunia untuk mengevaluasi kemajuan upaya global dalam percepatan pengembangan vaksin Tuberkulosis (TBC), sekaligus merumuskan strategi bersama ke depan.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut Menteri Kesehatan dari Afrika Selatan, Filipina, dan Vietnam, serta perwakilan dari sejumlah organisasi internasional seperti WHO, Global Fund, UNITAID, Wellcome Trust, Bank Dunia, Gavi, EIB, Gates Foundation, dan Stop TB Partnership.
TB VAC sendiri diluncurkan pada Sidang Umum PBB ke-78 tahun 2023 sebagai forum kolaboratif antarnegara dan mitra global untuk mempercepat inovasi vaksin TBC. Hingga saat ini, tercatat 15 kandidat vaksin TBC tengah menjalani uji klinis, dengan enam di antaranya telah mencapai fase 3.
Meskipun menunjukkan kemajuan signifikan, tantangan besar masih membayangi, khususnya dalam hal kesiapan sistem kesehatan dan pendanaan.
Dalam sambutannya, Menkes Budi Gunadi Sadikin menegaskan komitmen Indonesia dalam mendukung riset dan pengembangan vaksin TBC. Indonesia saat ini terlibat dalam uji klinis bersama Gates Foundation dan perusahaan farmasi GSK, yang melibatkan lebih dari 2.000 peserta dari Indonesia.
Selain itu, Indonesia tengah mempersiapkan uji klinis vaksin TBC bersama perusahaan CanSino dan PT Etana, serta menjalin kolaborasi pengembangan benih vaksin protein rekombinan bersama Lipotek dan PT Biofarma.
Menkes juga menyoroti pentingnya pendekatan kontekstual dalam strategi vaksin TBC. “Ada negara yang fokus pada pengembangan vaksin, namun ada juga yang lebih membutuhkan peningkatan kapasitas diagnostik atau pengobatan. Maka strategi global harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing negara,” ujarnya.
Isu pendanaan menjadi salah satu bahasan penting dalam pertemuan tersebut. Para peserta mendorong pendekatan pembiayaan campuran (blended financing) guna menjawab tantangan negara berpendapatan menengah seperti Indonesia dalam memperluas akses dan keberlanjutan vaksin TBC.
Pertemuan juga menekankan pentingnya integrasi program vaksin TBC dengan sistem kesehatan nasional dan pencapaian cakupan kesehatan semesta (Universal Health Coverage). Sebagai tindak lanjut, akan diselenggarakan High-Level Meeting on TB Vaccine Financing & Access di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2025 mendatang di Afrika Selatan.
Menutup pertemuan, Menkes RI menyampaikan seruan kolaborasi global untuk mempercepat pengakhiran TBC. “Kita tidak bisa menunggu. Kita harus bergerak cepat, bersama, dan berani untuk mengakhiri TBC melalui inovasi vaksin,” tegasnya. (R)